Cerita Lucu Pesepeda Naik Sepeda Brompton Mahal Disangka KREUZ Made in Bandung

Lelaki itu jongkok, sambil mengusap-usap permukaan sepeda, termasuk ban-ban kecil yang dipakai untuk menyeret sepeda saat dilipat.

Editor: Rina Eviana
DOKUMENTASI OLAN HUTAPEA
Brompton Black Edition M6R 2017 

"Enggak komen-lah, hanya senyum asem aja," cerita Olan.

Sepeda Kreuz
Sepeda Kreuz (Dokumentasi Kreuz)

Peristiwa yang dialami Olan memang hanya berselang sehari dari pemberitaan Kompas.com tentang kreasi anak Bandung yang membuat sepeda "tiruan" Brompton bermerek Kreuz.

Penggagas Kreuz, Yudi Yudiantara (50) dan Jujun Junaedi (37), mengaku sengaja "membelah" sepeda Brompton asli, untuk menirunya menjadi Kreuz.

Hasilnya, penampakan sepeda buatan tangan yang melibatkan pekerja sektor informal di Bandung tersebut, mengundang minat banyak orang. Harga frameset yang dibenderol Rp 3,5 juta terpaut jauh dengan harga Brompton asli yang di Indonesia dipasarkan lebih dari Rp 30 jutaan.

Bahkan gini harganya kian "menggila". Daftar indent pesepeda yang tertarik untuk meminang Kreuz sudah bertambah panjang hingga Februari 2021.

Orang Rela Beli Sepeda Brompton Rp200 Juta, Latah atau Gangguan Jiwa?

Yudi mengaku hal itu terjadi karena kapasitas produksi Kreuz hanya 10 unit per bulan. "Kami tetap memperhatikan kualitas juga," sambung dia. Praktik penjiplakan Brompton bukan pertama kali terjadi.

Merek dari pabrikan besar Indonesia seperti Element dan United juga sudah membuat replika Brompton dalam varian Pikes dan Trifold.

Belum lagi, pabrikan China pun membuat produk serupa pada varian 3sixty, yang laris manis di pasar Indonesia.

Meski dijual dalam hitungan yang tidak murah, namun sepeda-sepeda tiruan itu dibanderol jauh di bawah harga Brompton.

Simbol keberhasilan

Dua pemilik Kreuz, Yudi Yudiantara dan Jujun Junaedi.
Dua pemilik Kreuz, Yudi Yudiantara dan Jujun Junaedi. (KOMPAS.com/RENI SUSANTI)

Sebagai penikmat Sepeda, Olan merasa fenomena tersebut sebagai hal yang lumrah. "Tapi enggak apa-apa juga Suatu saat para penghuna Kreuz tetap akan pengin 'naik kelas' ke Brompton," cetus Olan. 

"Ini kan prinsipnya Rolex, biar aja orang pake palsu dulu, kalau mereka jadi kaya, pasti akan beli yang asli sebagai simbol keberhasilan," kata Olan.

Inilah Harga Sepeda Downhill Merek Santa Cruz yang Dipakai Atlet Sepeda Profesional

Pendapat senada dilontarkan pengguna Brompton lainnya, Wisnu Nugroho (44). "Kreuz cakep kok, kalo gue belom punya Brompton, gue inden. Local pride," cetus karyawan swasta yang berkantor di Palmerah Selatan, Jakarta ini.

Tentang kesan tiruan yang muncul dari sepeda-sepeda semacam itu, Wisnu berpendapat, pada dasarnya tak ada satu pun ide yang benar-benar baru di dunia ini. "Nothing new under the sun," cetus dia.

Menurut Wisnu, yang perlu dilakukan adalah prinsip "ATM" -seperti yang juga diakui oleh Yudi,  amati, tiru, modifikasi. Persoalan gaya -yang pada gilirannya berhubungan dengan harga, kebanggaan, simbol keberhasilan- memang tak akan pernah ada habisnya.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved