Pengunjung Malioboro Dibatasi Tak Lebih 2.500 Orang Selama Masa Transisi

Pemerintah Kota Yogyakarta membatasi jumlah pengunjung yang akan masuk kawasan Malioboro untuk menerapkan protokol social

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com | Hasan Sakri
PENGGUNAAN MASKER. Pesepeda menggunakan masker saat berkatifitas di kawasan Malioboro, KOta Yogyakarta, Senin (8/6/2020). Pemda DIY telah mengeluarkan aturan bagi warga wajib menggunakan masker saat berkatifitas diluar rumah untuk mengurangi paparan virus Corona. 

TRIBUNjogja.com Yogyakarta -- Pemerintah Kota Yogyakarta membatasi jumlah pengunjung yang akan masuk kawasan Malioboro untuk menerapkan protokol social distancing.

Perlu diketahui jika sebelumnya kapasitas pengunjung Malioboro sekitar 5.000 hingga 10.000, selama pandemi COVID-19 pengunjung Malioboro dibatasi hanya 2.500 saja.

Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan pembatasan jumlah pengunjung tersebut diterapkan selama masa transisi new normal.

Tidak hanya membatasi jumlah pengunjung, pihaknya juga membatasi Malioboro dengan lima zona.

Zona satu adalah Hotel Grand Inna Malioboro hingga Mall Malioboro, zona dua adalah Mall Malioboro hingga Kepatihan.

Zona tiga adalah Kepatihan hingga Hotel Mutiara, zona empat adalah Hotel Mutiara hingga Pasar Beringharjo dan zona lima adalah Pasar Beringharjo hingga Titik Nol Kilometer.

"Selama masa transisi new normal kita batasi jumlah pengunjung hanya 2.500, karena ada lima zona, berarti satu zona ada 500 orang. Zona itu juga berlaku di pedestrian timur dan barat,"katanya kepada wartawan saat meninjau Malioboro, Jumat (19/06/2020).

"Sudah ada titik-titil untuk menunggu. Di zona juga kita siapkan titik-titik untuk berdiri. Nanti kita evaluasi, apakah terlalu padat atau tidak,"sambungnya.

Heroe melanjutkan, Pemkot Yogyakarta memang tengah serius dalam menerapkan protokol baru di Malioboro sebab Malioboro merupakan destinasi wisata unggulan.

Dengan penerapan protokol baru, Pemkot Yogyakarta menjadikan Malioboro, Taman Pintar, hingga Alun-alun Utara menjadi percontohan pariwisata di Kota Yogyakarta.

Pengunjung Malioboro harus melakukan registrasi dengan QRCode dan tes suhu tubuh sebelum memasuki kawasan Malioboro, Kamis (11/06/2020)
Pengunjung Malioboro harus melakukan registrasi dengan QRCode dan tes suhu tubuh sebelum memasuki kawasan Malioboro, Kamis (11/06/2020) (TRIBUNJOGJA.COM / Christi Mahatma)

"Kita buat dari Inna Garuda sampai Alun-alun Utara termasuk Taman Pintar menadj satu kawasan percontohan untuk teman-teman destinasi wisata lain di Kota Yogyakarta. Makanya kami ingin lebih baik lagi dalam upaya membuat protokol new normal, supaya bisa ditiru di destinasi lain,"lanjutannya.

Wisata Malioboro saat ini sudah menggeliat, hal itu dibuktikan dengan meningkatnya jumlah penggunjung setiap minggunya.

"Pengunjung sudah mulai meningkat, dari awalnya 100 per hari, sekarang sudah meningkat jadi 500 sampai 600 per hari. Jadi kita harus siapkan betul-betul. Termasuk nanti kita pikirkan juga bagaimana pembeli di PKL. Kalau PKL kan sudah jaga jarak, yang jadi problem nanti pembelinya,"ujarnya.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Maryustion Tonang menambahkan QRcode yang ada di Malioboro dibuat lebih sederhana dan sudah disesuaikan dengan penerapan zona Malioboro.

"Dengan adanya QRcode ini, kita tahu pengunjung itu ada di mana, ke depan akan terintegrasi dengan yang mall, dan yang lain. Sehingga kita bisa menyesuaikan dengan kapasitas Malioboro. Selain itu juga kalau terjadi apa-apa mudah dalam pelacakan. Data ini juga terintegrasi dengan puskesmas,"tambahnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved