Yogyakarta
Selama Pandemi, Penggunaan Kontrasepsi di DIY Menurun Drastis
Di tengah kondisi pandemi sejak Maret 2020, terjadi penurunan drastis dalam penggunaan kontrasepsi atau alat pencegah kehamilan di DIY.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Di tengah kondisi pandemi sejak Maret 2020, terjadi penurunan drastis dalam penggunaan kontrasepsi atau alat pencegah kehamilan di DIY.
Hal tersebut disampaikan dr. Muhammad Nurhadi Rahman, SpOG., Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM.
Dokter yang juga penanggung jawab Klinik Kontrasepsi Mantap RSUP Dr Sardjito itu mengungkapkan, dari data yang dirilis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), di Indonesia terjadi penurunan penggunaan kontrasepsi sejak sebelum pandemi yakni Januari-Februari 2020 dibanding Maret-April 2020 sebesar 40 persen.
Sementara, lanjut dia, di DIY tercatat penggunaan kontrasepsi sebanyak 2.500-an orang dari Januari hingga Maret 2020 atau sebelum pandemi. Sedangkan, pada April pengguna kontrasepsi yang tercatat hanya sebanyak 400-an orang.
• Dalduk KB Kota Yogya Bagikan Alat Kontrasepsi Langsung ke Rumah Peserta KB
“Kalau tren itu tetap, artinya dari April sampai Juni baru ada 1.200 orang,” katanya saat dihubungi Tribunjogja.com, Kamis (11/6/2020).
“Penggunaan kontrasepsi menurun drastis, di sisi lain banyak yang WFH (bekerja dari rumah) sehingga pasangan suami istri yang melakukan hubungan rutin secara sehat 2-3 kali seminggu saja tentu berpotensi terjadi kehamilan,” sambungnya.
Namun demikian, Nurhadi mengungkapkan hasil dari penurunan penggunaan kontrasepsi pada angka kehamilan tidak bisa dilihat saat ini.
“Kita tidak bisa lihat sekarang. Kita bisa lihat 7-9 bulan lagi,” imbuhnya.
Adapun yang menyebabkan penurunan tersebut, sambung Nurhadi, dikarenakan banyaknya orang yang takut datang ke rumah sakit (RS) maupun fasilitas kesehatan (faskes) selama pandemi.
Dia pun menyarankan, ada alat kontrasepsi yang dijual bebas seperti kondom, menggunakan sistem kalender masa subur, atau alat kontrasepsi jangka pendek seperti pil atau suntik.
“Untuk suntik, bagi ibu-ibu yang sering lupa akan lebih mudah karena ada yang 1 bulan sekali, 3 bulan sekali. Jangan takut kalau harus datang ke fasilitas kesehatan dan rumah sakit karena sudah menerapkan protokol kesehatan,” ungkapnya.
• Selama Pandemi, Pelayanan KB di DIY Tetap Jalan
Di RSUP Dr Sardjito sendiri, kata dia, di Klinik Kontrasepsi Mantap yang melayani program keluarga berencana (KB) steril terjadi penurunan yang signifikan. KB steril dilakukan pada seorang ibu yang menginginkan tidak memiliki anak lagi.
“Dari Januari sampai Maret total ada 63 ibu yang menginginkan untuk KB steril dan sudah kami lakukan. Namun dari April hingga Juni sama sekali tidak ada permintaan atau nol,” tandasnya.
Hal itu menurut Nurhadi dipicu oleh imbauan dari organisasi profesi kesehatan maupun Kementerian Kesehatan untuk menunda tindakan operasi yang tidak mendesak di masa pandemi.
“Kami sedang menyusun layanan KB new normal, salah satunya steril itu tadi bisa meningkat kembali. Mungkin segera terbit panduan layanan KB new normal,” pungkas penerima penghargaan BKKBN Wira Karya Kencana 2019 itu. (TRIBUNJOGJA.COM)