Update Corona di DI Yogyakarta

Kandungan Gas CO pada Kualitas Udara di DIY Selama Pandemi Covid-19 Turun Drastis

Anjuran untuk tetap di rumah selama Pandemi Covid-19 berdampak pada meningkatnya kualitas udara perkotaan di DIY.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Miftahul Huda
Kepala DLHK DIY, Sutarto 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Miftahul Huda

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Anjuran untuk tetap di rumah selama Pandemi Covid-19 berdampak pada meningkatnya kualitas udara perkotaan di DIY.

Tingginya angka penggunaan kendaraan bermotor di DIY membuat pencemaran polusi kian tinggi.

Namun, jika dibandingkan dengan provinsi lain seperti di Jawa Timur dan DKI Jakarta, DIY masih berada pada angka 83. 

Angka tersebut berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) dimana kondisi tersebut merupakan kualitas sedang yakni antara 50-100.

Kualitas Udara Baik, WALHI Minta Pemkot Yogya Perhatikan Fasilitas Pesepeda dan Pejalan kaki

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY, Sutarto mengatakan, untuk DIY sendiri pencemaran udara tertinggi pada penggunaan kendaraan bermotor.

Berbeda dengan DKI Jakarta yang sudah banyak Industri, serta mobilitas ekonomi yang tinggi.

"Kalau DIY bisa diprediksikan, begitu masuk bulan Desember, kondisi udara memburuk. Karena diserbu oleh kendaraan wisatawan yang berlibur," katanya, Jumat (12/6/2020).

Ia melanjutkan, penggunaan kendaraan bermotor di DIY cukup tinggi.

Khususnya di Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Sleman yang banyak didatangi Mahasiswa dan juga wisatawan.

Sutarto mengakui sumber polusi di DIY lebih di dominasi dari kendaraan bermotor.

Prosentase Kesembuhan Covid-19 di DIY Masih di Angka 77 Persen, Berikut Rinciannya Hari Ini

Namun, faktor lain yang memperburuk kualitas udara yakni tingkat kebisingan dan debu.

"Debu dan kebisingan juga menimbulkan faktor buruknya kualitas udara. Yang membuat masa Covid-19 ini kualitas udaranya baik, ya salah satunya juga dari vacumnya proyek-proyek pembangunan kontruksi," terang dia.

Sutarto mengatakan, di dalam gas buang kendaraan terdapat Karbon monoksida (CO).

Sejauh ini masih belum terdapat kontrol mengenai hal tersebut.

Meski gas buang dari CO tersebut berada di bawah standar baku mutu kualitas udara di DIY, namun perlu adanya persiapan dan kontrol untuk terus memperbaiki hal tersebut.

Di DIY standar baku mutu CO mencapai 30.000 mikro meter per kubik, sementara rata-rata perharinya atau sebelum adanya Covid bisa mencapai 5.000 mikro meter per kubik.

Sedangkan selama masa Covid-19 atau tiga bulan terakhir saat ini kualitas CO di DIY turun menjadi 1.319 mikro meter per kubik

"Sangat signifikan sekali turunnya. Itu karena aktivitas kendaraan dan juga proyek-proyek berkurang. Sehingga turun drastis," ungkapnya.

Jika dihitung, selama tiga bulan terakhir penurunan kadar CO di DIY mencapai 3.681 mikro meter per kubik. 

Itu artinya rata-rata perbulannya sejak Maret hingga Mei lalu terjadi penurunan CO sebanyak 1.000 mikro meter per kubik setiap bulan.

Sutarto mengklaim, kendaraan bermotor di DIY pertahunnya bisa mencapai jutaan.

Hal tersebut yang membuat polusi udara di DIY kian memburuk setiap tahun.

Karena, lanjut dia DIY pernah mencapai kualitas udara terbaik di angka 85 versi ISPU.

Namun, itu terjadi tiga tahun lalu.

"Setelah itu turun terus dan saat ini kualitas udara di DIY hanya di angka 82," tegasnya.

Dari hal tersebut, menurutnya penurunan kualitas udara dapat terjadi setiap tahun.

Untuk itu, ia mengimbau supaya masyarakat lebih memperhatikan kondisi lingkungan.

Sutarto menekankan, gerakan penghijauan sangat diperlukan di kawasan perkotaan.

Hal itu menjadi salah satu cara untuk memperbaiki kualitas udara di DIY.

"Dukungan kepada DLHK Kota/Kabupaten untuk memperbanyak Ruang Terbuka Hijau selalu kami tekankan, supaya kualitas udara bisa dikendalikan," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved