Update Corona di DI Yogyakarta
Potensi Ibu Hamil Saat Pandemi di DIY Capai 14 Ribu
Tak seperti daerah-daerah lain di Indonesia, kekhawatiran terjadinya Baby Boom atau lonjakan angka kelahiran di DIY cukup rendah.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Miftahul Huda
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tak seperti daerah-daerah lain di Indonesia, kekhawatiran terjadinya Baby Boom atau lonjakan angka kelahiran di DIY cukup rendah.
Dari target penurunan penggunaan alat kontrasepsi dan juga jalur pencegahan melalui program Keluarga Berencana (KB) lainnya, Pemerintah Pusat menargetkan tidak boleh lebih dari 25 persen.
Sementara di DIY sejak pandemi Covid-19, kekhawatiran akan adanya aktivitas seksual oleh pasangan suami istri yang meningkat, angka penurunan penggunaan KB atau putus layanan hanya 4,3 persen.
Itu artinya besar kemungkinan akan terjadi baby boom di DIY.
Namun jika dikalkulasikan dengan target angka kelahiran pertahun di DIY, jumlah tersebut masih cukup minim.
• Dinkes DIY Masih Lakukan Pengumpulan Data Terkait Angka Kehamilan di Tengah Pandemi
Meski, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) DIY tak memungkiri ada potensi lonjakan angka kehamilan.
Kepala BKKBN DIY, Ukik Kusuma Kurniawan menyampaikan, target pertahun kelahiran di DIY mencapai 42.000 bayi.
Jika melebihi angka tersebut, menurutnya dapat dianggap telah terjadi baby boom.
Ia menyadari selama pandemi Covid-19 potensi meningkatnya angka kehamilan akan tinggi.
Penyebabnya, pertama, peserta KB diluar pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) selama masa pandemi Covid-19 merasa takut untuk memeriksakan diri ke klinik dan layanan KB lain.
"Terjadi penurunan angka pelayanan memang. Karena masyarakat menganggap jika datang ke RS itu rawan terpapar Covid-19. Akhirnya masyarakat enggan datang untuk meminta pil KB, Suntik, atau Implan," katanya, saat ditemui Kamis (11/6/2020).
Ukik menambahkan, selain itu anjuran pemerintah untuk tetap di rumah saja juga membuat para pasangan suami istri menimbulkan hasrat untuk berhubungan badan.
• Rincian Kasus Positif Virus Corona di Yogyakarta 10 Juni, Data Pasien Sembuh, Meninggal, PDP dan ODP
Di sisi lain, tenaga medis juga sedang banyak terfokus pada penanganan Covid-19.
"Sehingga pelayanan KB ini tersisihkan. Yang tadinya seseorang harus pasang implan, suntik KB atau minta pil dan alat kontrasepsi terkendala," tegasnya.
Dari kondisi itulah, lanjut dia, ada kehamilan yang tidak diharapkan.
Artinya kehamilan yang tidak terkendali dan berakibat terjadi baby boom sembilan bulan kemudian.
Namun, dari data BKKBN DIY, tren data peserta KB Aktif mulai Januari hingga April 2020 potensi putus layanan dan memiliki kerentanan terjadi kehamilan yang tak terkendali, terjadi pada bulan Februari.
Secara rinci data tersebut diantaranya pada Bulan Januari ada sebanyak 371.790 peserta KB, Bulan Februari turun menjadi 357.435 peserta.
Artinya, ada sebanyak 14.355 yang berpotensi hamil lantaran putus layanan KB selama di Bulan Februari.
"Tapi itu sangat minim jika dibandingkan dengan wilayah lain. Karena mereka juga termasuk pengguna metode MKJP jadi masih relatif aman, hanya 4 persen saya bilang," terang dia.
• BKKBN Prediksi Terjadi 420.000 Kehamilan Baru Selama Wabah Covid-19 di Indonesia
Penyebab rendahnya partisipan KB pada bulan Februari tersebut lantaran, sejak itu masyarakat mulai digegerkan dengan isu Covid-19.
Sementara bulan Maret, angka partisipan penggunaan KB kembali meningkat menjadi 370,761 peserta.
Sementara pada Bulan April kembali turun namun angka penurunan cenderung lebih rendah dari bulan Februari yakni menjadi 370,447 atau ada sebanyak 314 yang absen penggunaan KB.
Jika ditotal, sepanjang Januari hingga April kemarin ada 14.669 peserta KB yang absen dan berpotensi mengalami kehamilan.
"Untuk mencegah semakin meluas, kami ada regulasi baru terkait pelayanan KB dimasa pandemi Covid-19," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)