Update Corona di DI Yogyakarta

Disdik Kota Yogya : PAUD Dibuka Saat Kondisi Sudah Kondusif

Kebijakan pelaksanaan KBM untuk PAUD dapat berbeda dengan tingkat pendidikan yang lain.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
Berita Kota Yogya 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Pemda DIY tengah menggodok sejumlah protokol untuk penerapan new normal atau kenormalan baru bagi semua sektor, termasuk pendidikan.

Saat ini, masa belajar di rumah (BDR) di Kota Yogyakarta diperpanjang sampai akhir Juni.

Meskipun demikian, pihak Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta telah menyiapkan beberapa mekanisme jika sewaktu-waktu kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah kembali diterapkan dengan tetap memerhatikan protokol kesehatan.

Pemda DIY Ajak Asosiasi Dunia Usaha Rancang SOP New Normal

Kepala Bidang Pendidikan Non Formal dan PAUD Disdik Kota Yogyakarta, Sugeng Mulyo Subono mengatakan kebijakan pelaksanaan KBM untuk PAUD dapat berbeda dengan tingkat pendidikan yang lain.

“Walaupun DIY sudah new normal, PAUD cenderung masih kita off-kan. Di antara yang paling rawan itu kan usia kecil dan usia lanjut. Jadi PAUD kita buka ketika betul-betul sudah kondusif,” ujar Sugeng saat ditemui di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Rabu (3/6/2020).

“Kalau SD SMP, siswa masuknya separuh masih bisa dan tidak ada istirahat. Kalau TK itu istirahat tidak istirahat kan kacau. Mau dijaraki berjauhan dia (anak-anak) lari-lari, tidak istirahat dia istirahat,” sambungnya.

Sugeng menjelaskan, saat ini KBM PAUD secara normatif tidak dilakukan.

Namun, jika lembaga PAUD merasa mampu melakukan secara daring maka dipersilakan.

BREAKING NEWS : Update Covid-19 DIY 3 Juni 2020, Dua Hari Berturut-turut Nihil Kasus Baru

“KBM normatif tidak ada, tapi kalau masih mungkin dilakukan melalui online, Whatsapp, atau video call ya nggak apa-apa. Dan apakah kalau pakai Zoom misalnya orang tuanya paham? Yang masih mungkin dilakukan ya dilakukan, yang tidak ya tidak dipaksakan,” paparnya.

Dia melanjutkan, anak-anak PAUD pada prinsipnya masih menjadi tanggung jawab orang tua.

”Akademis kan tidak dituntut. Untuk masuk SD kan tidak ada syarat akademis, hanya usia,” imbuhnya.

Sementara, jelas Sugeng, yang paling banyak dilakukan lembaga PAUD saat ini adalah memberi bahan pembelajaran dan bermain untuk anak-anak, kemudian orang tua mengambilnya di sekolah untuk aktivitas anak di rumah.

“Bahan ada di sekolah. Misalnya LKS, nanti mewarna di rumah,” ungkapnya.

Jelang New Normal, Ada 47 Hotel di DIY yang Akan Kembali Beroperasi pada Juni Ini

Guru Ragu dan Khawatir Jika New Normal Diterapkan

Terpisah, Sekretaris Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Indonesia (HIMPAUDI) DIY, Nurahmalia mengatakan sebagian besar pendidik PAUD masih ragu dan khawatir terkait penerapan new normal di PAUD.

“Dari berita di IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan Gugus Tugas Covid-19 menyatakan anak juga termasuk usia rentan terpapar Covid-19,” ujar guru di PAUD Azzahra, Tegalrejo ini.

Lia, sapaan akrab Nurahmalia melanjutkan, jika pada kondisi new normal PAUD dibuka, maka dibutuhkan SOP yang jelas dan melibatkan semua stakeholder terkait.

“Harus dipastikan apa iya lembaga PAUD mampu. Anak-anak ketika berinteraksi tidak bisa seperti orang dewasa. Cuci tangan sesering mungkin juga apa mungkin sekolah bisa menyediakan tempat cuci tangan yang cukup,” ungkapnya.

Hasil Survei MDKIK UGM : 60 Persen Warga DIY Setuju Penerapan New Normal

Dia melanjutkan, bila new normal diterapkan maka guru menjadi punya peran ganda.

Yakni untuk menyiapkan pembelajaran dan memantau protokol kesehatan dilakukan oleh setiap anak.

“Pada dasarnya kami akan ikut kebijakan dinas setempat berdasarkan kabupaten/kota masing-masing,” tuturnya.

Di sisi lain, kata dia, para guru pun mengalami dilema sebab banyak orang tua yang mengeluhkan anak-anak sudah bosan berada di rumah.

“Kalau harus menuggu sampai normal anak-anak kasihan juga. Orang tua banyak yang mengeluh anak-anak sudah bosan. Kebosanan itu nampak sekali. Anak-anak sering telepon gurunya, bilang pengin ke sekolah lagi,” bebernya.

Persiapan New Normal, Pemda DIY Gelar Rapid Test di Pasar Tradisional

Selain itu, lanjut Lia, kebiasaan perilaku anak yang selama ini diajarkan di sekolah perlahan-lahan menjadi pudar ketika di rumah.

“Apa yang kami biasakan ke anak-anak di sekolah menjadi hilang. Bahkan orang tua kebanyakan mengajarkan calistung (baca tulis hitung), padahal calistung anak usia dini berbeda. Harusnya mereka lebih banyak bermain dengan barang apa pun di rumah,” papar Lia.

“Kami tidak bisa menyalahkan orang tua. Tidak semua orang tua juga WFH (bekerja di rumah) dan punya kompetensi pedagogik. Kalau ke new normal, misalnya dengan masuk selang-seling, kita perlu mengingatkan ke orang tua juga apakah kondisi anak itu benar-benar sehat,” sambungnya. (TRIBUNJOGJA.COM

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved