Yogyakarta

BP2MI DIY Sebut Akan Ada Gelombang Pengangguran Baru dari Pekerja Migran

Persiapan kenormalan baru yang dilakukan pemerintah saat ini tidak berlaku bagi para pekerja migran Indonesia, khususnya yang berasal dari DIY.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja Miftahul Huda

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Persiapan kenormalan baru yang dilakukan pemerintah saat ini tidak berlaku bagi para pekerja migran Indonesia, khususnya yang berasal dari DIY.

Pasalnya, keberlangsungan kerja mereka harus menyesuaikan kebijakan negara asal penempatan kerja para pekerja migran tersebut.

Hal itu diakui Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran (BP2MI) DIY, Suparjo.

Ia mengatakan, kenormalan baru belum dirasakan para pekerja migran di Indonesia.

Karena menurutnya, pilihan untuk menjalani kenormalan baru khusus bagi para pekerja migran sangatlah berat.

"Kenormalan baru ini kan hanya ada di Indonesia saja. Kalau negara tujuan para pekerja migran ini kan belum berlakukan. Jadi ini masih menunggu dari pemerintah pusat," katanya saat dihubungi Tribunjogja, Selasa (2/6/2020)

Update COVID-19 DIY, Tambah 5 Kasus, Pekerja Migran dari Italia Positif Virus Corona

Ia melanjutkan, jika kondisi seperti sekarang ini dibiarkan terlalu lama, besar kemungkinan akan terjadi gelombang pengangguran besar di awal tahun 2021.

Hal itu lantaran adanya kelulusan bagi calon pekerja migran yang ingin bekerja di luar negeri.

Sebagaimana disampaikan olehnya, dalam satu tahun BP2MI DIY rutin memberangkatkan para pekerja migran sebanyak 1.500 orang.

"Ini yang dikhatirkan. Gelombang penganguran nampaknya akan datang jika persoalan keberangkatan pekerja migran ini belum ada kejelasan. Soalnya ini kan sudah mendekati kelulusan sekolah dan pelatihan-pelatihan bagi pekerja migran," imbuhnya.

Sementara sampai saat ini, pihaknya masih belum mendapat informasi mengenai pembukaan kembali aktivitas pekerja migran asal DIY.

Data terbaru BP2MI DIY pihaknya sudah memulangkan 500 pekerja migran. Dari jumlah tersebut 15 diantaranya berasal dari DIY.

"Kurang lebih segitu. Lima belas persennya asal DIY. Sisanya justru kebanyakan berasal dari Purworejo, Boyolali, Magelang dan daerah Jawa Tengah yang lainnya," urainya.

50 Kapal Pesiar Tak Beroperasi

Terpisah, pimpinan salah satu perusahaan agensi pekerja migran kapal pesiar, PT. Cemerlang Tunggal Intinusa (CTI) Rafael M Triyanto menambahkan, untuk saat ini ada 50 lebih cruise liner atau kapal pesiar untuk rekreasi yang tidak beroperasi.

Masih Ada 5000 Pekerja Migran Jateng-DIY yang Tertahan di Luar Negeri

Ia menganggap, kondisi new normal sangat tidak berpengaruh bagi para pekerja migran.

Apalagi, lanjut dia kerusuhan di Amerika membuat kapal-kapal pesiar belum ada yang beroperasi.

"Di Korea Selatan justru tutup rapat. Karena terjadi penambahan kasus secara mengejutkan. Ya ada 50 lebih cruise liner yang tidak beroperasi. Para crew kami tidak berangkat," ungkapnya.

Ia melanjutkan, untuk satu kapal pesiar saja bisa membawahi 10 hingga 15 anak perusahaan sejenis.

Sementara untuk satu kapalnya minimal diisi 700 hingga 1.000 crew atau anak buah kapal pesiar (ABK).

"Harapannya dua bulan ke depan harus sudah ada kepastiannya, untuk para negara-negara tujuan," ungkapnya.

Namun, lanjut dia, harapan besar tersebut menjadi sirna lantaran pemulangan para ABK dan pekerja migran asal Indonesia masih terus dilakukan.

"Tanggal sembilan ini informasinya akan ada pemulangan lagi. Ya ini akan menjadi beban ekonomi yang besar," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved