Baru 47 Hotel yang Siap Sambut New Normal di DI Yogyakarta
Sekitar 47 hotel dan restoran yang dianggap memenuhi syarat protokol kesehatan dan siap menyambut new normal di DI Yogyakarta
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Yoseph Hary W
Laporan Reporter Tribun Jogja, Miftahul Huda
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemerintah Daerah (Pemda) DI Yogyakarta mulai bersiap-siap untuk menyambut new normal alias normal baru untuk mendomplang perekonomian.
Upaya itu pun disambut baik oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY.
Semenjak adanya pandemi COVID-19 masuk ke DIY, sektor pariwisata sangat terpukul.
Akbatnya hanya 20 hotel dan restoran saja yang masih bertahan. Sementara jumlah restoran dan hotel yang tergabung di PHRI DIY mencapai 498.
• Tambah Fasilitas Kesehatan, Hotel di DIY Siapkan Investasi untuk Jalani New Normal di Tengah Pandemi
Artinya sebanyak 478 hotel dan restoran lainnya tak mampu survive di tengah pandemi COVID-19.
Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono mengakui hal itu. Bahkan, 20 hotel di DIY April lalu telah di jual lantaran tak sanggup bertahan.
Kini masa kelam itu pun perlahan mulai menemukan arahnya. Untuk menyambut kehidupan normal baru, ada 22 hotel bintang dan no bintang serta tujuh restoran yang siap beroperasi kembali.
Dengan rincian 15 hotel berbintang, sementara tujuh sisanya merupakan hotel non bintang.
Jika ditotal, lanjut Deddy, sudah ada 47 hotel dan restoran yang siap untuk diujicobakan menghadapi kehidupan normal baru.
Jumlah 47 tersebut merupkan hotel dan restoran yang dianggap memenuhi syarat protokol kesehatan.
Sementara untuk 451 hotel dan restoran sisanya belum siap dalam hal investasi, infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDM)
Ia menambahkan, keinginan PHRI untuk membuka kembali hotel dan restoran tersebut lantaran cash flow dari pengusaha hotel di DIY hanya mampu bertahan sampai bulan Juni saja.
Saat disinggung mengenai langkah untuk survive 451 hotel dan restoran yang tersisa, Deddy berharap Pemda DIY dan pemerintah pusat bersedia memberikan pinjaman modal.
"Itu yang kami butuhkan untuk pelaku usaha hotel dan restoran yang belum mampu menopang hidup baru. Pinjaman modal dari pemerintah sangat diburutuhkan," katanya, Selasa (25/5/2020)
Selain persoalan financial PHRI juga memiliki keinginan kuat untuk rebranding pariwisata di DIY.
Selain protokol kesehatan berupa penyediaan westafel, thermo gun, serta anjuran kebutuhan kesehatan lainnya, PHRI juga telah menyiapkan standar operational prosedure (SOP) bagi pengunjung.
Diantaranya, pengunjung wajib memiliki surat keterangan sehat, bersedia menjalani aturan manajemen, bersedia hidup sehat dan dianjurkan untuk menginap lebih dari satu malam.
"Karena ada paket promo yang ditawarkan oleh manajemen hotel. Ya, intinya meski di tengah pandemi, kami tetap berikan pelayanan yang terbaik," imbuhnya.
Selain kebijakan teknis, PHRI juga menekankan beberapa SOP misalnya, untuk hotel yang menyediakan fasilitas kolam renang, pembatasan penggunaan maksimal lima orang.
Pihaknya juga menawarkan beberapa promo diantaranya, ada paket karantina 14 hari dengan fasilitas rapid test dari manajemen.
"Karena kami juga bekerja sama dengan Dinas Kesehatan DIY. Jadi, misalnya yang dari luar kota ada PSBB, kami sediakan kamar khusus karantina selama 14 hari," ungkapnya.
Saat disinggung mengenai target okupansi di masa pandemi, pria yang juga General Manager (GM) Hotel Ruba Grha ini menyatakan belum ada target okupansi.
Karena yang dibutuhkan saat ini menurutnya branding atau sinyal pemberitahuan terkait dibukanya kembali industri pariwisata di DIY.
"Pelan-pelan saja dulu. Tidak ada target okupansi. 47 hotel di masa sekarang saja masih sulit. Karena pembagian kue (red-pengunjung) harus dibagi-bagi biar merata," terang dia.
Justru ia berharap supaya sektor hotel dan restoran ini bisa naik menjadi 30 persen. Artinya ada baiknya jika pertiga bulannya ada 20 hotel yang kembali dibuka, untuk menjaga okupansi tetap stabil.
Mulai Uji Coba Tiga Bulan
Kondisi new normal industri pariwisata ini pun akan di uji cobakan selama tiga bulan ke depan dimulai Juni hingga Agustus.
Deddy berharap upaya dari pemerintah untuk memberikan stimulus kepada sektor pariwisata segera dilaksanakan.
Hal itu agar kondisi ke depan, ketika new normal sudah dijalankan, bisa segera dilakukan evaluasi.
"Uji coba mulai Juni ini, selama tiga bulan ke depan. Selanjutnya akan dilakukan evaluasi. Begitu seterusnya hingga tiga bulan berikutnya," terang dia.
Sebagai uji coba pertama, pemberian promo paket hotel menjadi langkah strategis yang akan diambil.
Selain menyiapkan paket karantina, PHRI juga banyak promo voucher hingga akhir tahun.
Untuk kamar yang bisa digunakan, Deddy menegaskan supaya penggunaan maksimal kamar hanya diisi empat atau sesuai bed.
"Memang secara garis besar tidak ada target okupansi. Namun, khusus bagi rombongan maksimal empat. Misalnya, ada enam anggota keluarga, ya dua orang ini harus memesan kamar tambahan," ungkap dia.
Ia menyadari, di beberapa kota masih banyak berlakukan PSBB, namun untuk menarik pengunjung PHRI menekankan supaya wisatawan memakai harga promosi.
Harga promosi tersebut minimal stay selama dua hari. Tentunya dengan harga yang berbeda atau harga Corona.
"Intinya harga promo ini berbeda dengan hari sebelumnya. Dan harapannya bisa menjadi awal yang baik di tengah pandemi ini, namun tetap menjaga protokol kesehatan," pungkasnya.
(*/hda/ Tribunjogja.com )