Brasil Menjadi Episentrum Baru Covid-19, Jumlah Kasus Nomor Dua Setelah Amerika Serikat
Brasil menjadi episentrum baru pandemi Covid-19. Jumlah kasus Covid-19 di negara itu kini mencapai 363.211 kasus.
TRIBINJOGJA.COM, SAO PAOLO - Sejumlah negara Asia kelimpungan menghadapi wabah Covid-19. Pun dengan Eropa. Telebih Amerika Serikat. Dan kini giliran Amerika Latin, utamanya Brasil.
Brasil menjadi episentrum baru pandemi Covid-19. Jumlah kasus Covid-19 di negara itu kini mencapai 363.211 kasus atau terbanyak kedua di dunia setelah Amerika Serikat yang melaporkan 1,6 juta kasus. Lonjakan kasus penularan Covid-19 di Brasil kian diperburuk insiden kasus baru yang juga tinggi di beberapa negara Amerika Selatan lainnya.
Kementerian Kesehatan Brasil menyatakan, jika dihitung sejak Sabtu (23/5/2020), jumlah kasus baru Covid-19 di Brasil mencapai 15.813 kasus sehingga total kasus menjadi 363.211 kasus. Selain itu, pada Minggu (24/5/2020) terdapat 653 kasus meninggal akibat Covid-19 di Brasil sehingga total kasus meninggal di negara tersebut mencapai 22.666 kasus.
Penularan Covid-19 yang sangat cepat di Brasil merupakan akibat dari kombinasi dari sikap meremehkan, protokol kesehatan yang tidak dijalankan maksimal, dan ketidaksatuan suara antara pemimpin nasional dan negara bagian. Sejumlah kalangan di negara itu telah memperingatkan, banyaknya korban yang berjatuhan menyebabkan fasilitas-fasilitas kesehatan mendapat tekanan yang besar hingga bisa kolaps.
Berdasarkan perhitungan Our World in Data yang berbasis di University of Oxford, Inggris, insiden Covid-19 per kapita di Brasil 25 persen lebih besar dari AS. Apabila tren kenaikan kasus di Brasil seperti sekarang terus berlangsung, bukan tidak mungkin negara ini bisa menjadi negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia menyusul AS.
Dalam konteks yang lebih luas, kawasan Amerika Latin bisa menjadi titik panas global penularan Covid-19. Selain Brasil, insiden Covid-19 per kapita di Peru juga tinggi, yakni hampir 140 kasus baru per 1 juta penduduk atau dua kali lipat dari AS. Di negara Amerika Latin lainnya, Chile, juga sama, yakni lebih dari 200 kasus per 1 juta penduduk dalam sehari.
Dari sisi insiden harian, Brasil, Peru, dan Chile menjadi tiga dari enam negara dengan insiden harian tertinggi di dunia.
Dengan menggunakan data dari delapan negara bagian di Brasil, Institute for Health Metrics Evaluation (IHME) yang berbasis di University of Washington memperkirakan bahwa kasus meninggal akibat Covid-19 di Brasil bisa mencapai 90.000 pada akhir Agustus 2020. Puncak kasus meninggal harian diprediksi bisa mencapai 1.000 kematian pada akhir Juni nanti.
”Penting bagi negara-negara dan kawasan untuk mengawasi benar-benar kapasitas rumah sakit, sumber daya yang diperlukan, dan data perkiraan kasus,” kata Asisten Direktur Pan American Health Organization (PAHO) Jarbas Barbosa seperti dikutip thinkglobalhealth.org, 18 Mei 2020.
”Epidemi di Amerika Latin datang lebih lambat dari Eropa. Ini saatnya untuk waspada, amati data, dan terapkan intervensi kesehatan yang relevan.”
Meremehkan
Presiden Brasil Jair Bolsonaro sendiri terus meremehkan Covid-19 dengan menyebutnya sebagai ”flu kecil”. Ia pun terus memaksa pembukaan kembali aktivitas ekonomi karena, menurut dia, kebijakan untuk tetap berada di rumah selama pandemi akan menghancurkan ekonomi.
Sikap Bolsonaro itu mirip dengan Presiden AS Donald Trump yang pada awal pandemi meremehkan penyakit ini serta menyebut kasus Covid-19 di AS sedikit dan ”akan hilang”. Bolsonaro juga berselisih pandangan dengan pejabat Kementerian Kesehatan tentang penanganan pandemi Covid-19 di negaranya.
Dalam rentang waktu satu bulan, Brasil kehilangan dua menteri kesehatan yang memilih mundur setelah berseberangan pandangan dengan Bolsonaro dalam menangani pandemi Covid-19. Salah satu perbedaan itu, antara lain, terkait penggunaan hidroklorokuin dalam proses perawatan pasien Covid-19.
Menteri Kesehatan (Menkes) Brasil Nelson Teich mengumumkan pengunduran dirinya pada 15 Mei 2020. Ia baru menjabat sejak 16 April 2020 setelah menkes sebelumnya, Luiz Henrique Mandetta, mengundurkan diri. Teich dan Mandetta sama-sama menolak keinginan Presiden Bolsonaro agar Kementerian Kesehatan mendukung penggunaan hidroklorokuin.