Bisnis Kue Kering Lebaran Ikut Terdampak Pandemi Virus Corona, Omset Turun 90 Persen

Bisnis Kue Kering Lebaran Ikut Terdampak Pandemi Virus Corona, Omset Turun 90 Persen

Tribunjogja/Nanda Sagita Ginting
Proses pembuatan kue kering lebaran di tempat produksi kue Ahmad di jalan Nologaten, Caturtunggal, Kabupaten Sleman,DIY pada Minggu (17/05/2020). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pengusaha kue kering di Yogyakarta mengalami penurunan omzet terdapak pandemi virus corona.

Wabah penyakit yang sudah merenggut ratusan ribu nyawa tersebut berdampak terhadap menurunnya permintaan dari pembeli.

Satu di antaranya dialami oleh pemilik usaha kue kering lebaran, Ahmad (70), yang terletak di jalan Nologaten, Caturtunggal, Kabupaten Sleman,DIY.

Penurunan omzet penjualan kue kering lebaran diperkirakan mencapai 90 persen, bila dibadingkan dengan pendapatan tahun lalu.

"Kalau dibandingkan dengan tahun lalu, pendapatan turun hingga 90 persen. Dari hitungan stoples kue saja sudah menurun, kalau tahun lalu jumlah yang disediakan 1008 stoples sekarang hanya 144 stoples saja," jelas Ahmad saat ditemui Tribunjogja.com, Minggu (17/05/2020).

Menurut Ahmad, penurunan omset ini tak lepas dari kondisi saat ini dimana tengah terjadi pandemi virus corona.

Wabah penyakit ini membuat perayaan lebaran menjadi berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Sejak adanya virus Corona, kondisi ekonomi kan sulit. Apalagi lebaran tidak semeriah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Tanggap Pandemi, Alumni Casello 50 Donasikan Sembako

Kabar Terbaru Data Pasien Virus Corona yang Dinyatakan Sembuh, DKI Jakarta Terbanyak

Kemungkinan berkunjung ke rumah sanak saudara pun berkurang, sehingga stok kue lebaran bukan jadi perhatian utama," pungkas Ahmad.

Sementara itu, pelanggan dari kue kering miliknya berasal dari Yogyakarta hingga luar pulau. Untuk mendongkrak pembeli penjualan daring pun dilakukan.

"Kalau pelanggan dari Yogyakarta dan luar pulau juga ada, seperti Bali. Namun, sekarang permintaan luar pulau belum ada. Penjualan daring pun masih sepi," jelasnya

Ahmad mengatakan, pada tahun lalu permintaan kue kering sudah ada sebelum bulan puasa. Sehingga produksi kue kering lebaran sudah dilakukan sejak awal bulan Ramadan.

"Biasanya produksi sudah berlangsung pada hari pertama puasa , permintaan sudah banyak saat itu. Kalau sekarang permintaan hingga minggu ketiga saja masih sedikit. Makanya, produksi baru dilakukan pada empat hari yang lalu," ungkap Ahmad.

Tak hanya itu, Ahmad pun terpaksa mengurangi jumlah pekerja yang ikut membantu dalam pembuatan kue kering lebaran.

"Sekarang yang bantu hanya dua orang saja, biasanya ada tujuh orang. Soalnya tidak mampu bayar upah mereka (pekerja) jika semuanya bekerja," ujarnya. (Tribunjogja/Nanda Sagita Ginting)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved