Akhir Pandemi Covid-19 Tak Bisa Diprediksi, Masyarakat Harus Terbiasa dengan Fase 'New Normal'

Pemerintah Indonesia dan juga negara-negara lain hingga saat ini belum dapat menjawab mengenai pertanyaan kapan pandemi Covid-19 akan berakhir

Editor: Muhammad Fatoni
Shutterstock via kompas.com
Ilustrasi virus corona yang merebak di Indonesia. 

TRIBUNJOGJA.COM - Hingga saat ini, akhir pandemi virus corona atau covid-19 belum bisa dipastikan secara akurat.

Sejumlah pakar dan ahli hanya mampu sebatas memprediksi penurunan kurva ataupun pelandaian pertumbuhan kasus baru.

Namun untuk menjawab kapan pandemi covid-19 benar-benar berakhir, belum ada ahli yang bisa memberikan jawaban ataupun menjanjikan secara pasti.

Jumlah warga dunia yang terinfeksi virus corona pun masih terus menunjukkan peningkatan, termasuk di Indonesia.

UPDATE Virus Corona di Indonesia Selasa 12 Mei 2020: Bertambah 484, Kasus Positif Kini Jadi 14.749

Kasus Positif Covid-19 di DIY Bertambah 10 Orang, Ini Rincian Penambahan dan Riwayat Penularannya

Data terakhir per Selasa (12/5/2020), di Indonesia jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 telah mencapai angka 14.749.

Dari angka tersebut, 3.063 di antaranya telah dinyatakn sembuh, sementara angka kematian akibat virus corona tercatat 1.007 pasien.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmita, juga mengungkapkan Pemerintah Indonesia dan juga negara-negara lain hingga saat ini belum dapat menjawab mengenai pertanyaan kapan pandemi Covid-19 akan berakhir.

Ini lantaran hingga saat ini memang belum ditemukan vaksin untuk mengobati Covid-19.

Gambar mikroskop elektron pemindai ini menunjukkan virus corona Wuhan atau Covid-19 (kuning) di antara sel manusia (merah). Sampel virus diambil dari seorang pasien AS yang terinfeksi. Para ahli menambahkan gambar agar lebih tampak.
Gambar mikroskop elektron pemindai ini menunjukkan virus corona Wuhan atau Covid-19 (kuning) di antara sel manusia (merah). Sampel virus diambil dari seorang pasien AS yang terinfeksi. Para ahli menambahkan gambar agar lebih tampak. (KOMPAS.COM)

Kendati demikian, beberapa ahli dan pakar dunia tengah berlomba untuk menemukan ramuan yang tepat untuk mengobati virus SARS-CoV-2 yang utamanya menyerang paru-paru manusia tersebut.

“Seluruh dunia juga tidak tahu, karena virus ini, untuk vaksinnya belum ditemukan. Jadi, maka dari itu, sampai dengan vaksin belum ditemukan, kita harus bisa selalu berhadapan dengan virus ini,” ungkap Wiku dalam dialog di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Civid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta (12/5/2020).

Dia mengatakan, di fase krisis kesehatan seperti yang sedang dialami Indonesia dan beberapa negara di dunia, penerapan protokol kesehatan menjadi metode paling dianjurkan untuk menghadapi Covid-19.

Antara lain, mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, menggunakan masker, menjaga jarak dan beraktivitas di rumah, demi memutus rantai penyebaran virus ini.

185 Warga Yogyakarta Pengunjung Indogrosir Jalani Rapid Tes, Dua Orang Hasilnya Reaktif

Ratusan Pengunjung Indogrosir Jalani Rapid Test di GOR Pangukan Sleman, Ini Hasilnya

Beberapa bentuk perubahan atau transformasi baru inilah yang kemudian melahirkan istilah “New Normal”, yakni perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan virus corona jenis baru, penyebab Corona.

“Prinsip yang utama adalah harus bisa menyesuaikan pola hidup. Secara sosial, kita pasti akan mengalami sesuatu bentuk, new normal, atau kita harus beradaptasi dengan beraktivitas, dan bekerja, dan tentunya harus mengurangi kontak fisik dengan orang lain, dan menghindari kerumunan, dan bekerja, dan sekolah dari rumah,” jelas Wiku.

Sampai kapan masyarakat harus hidup secara “New Normal” ini?

Profesor Wiku menjelaskan bahwa kehidupan dapat kembali normal setelah vaksin ditemukan dan dapat dipakai sebagai penangkal virus corona jenis baru itu.

"Transformasi ini adalah untuk menata kehidupan dan perilaku baru, ketika pandemi, yang kemudian akan dibawa terus ke depannya sampai tertemukannya vaksin untuk COVID-19 ini,” kata Wiku.

Ketua Tim Pakar Gugur Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito
Ketua Tim Pakar Gugur Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito (dok.BNPB)

Dia mengatakan, beberapa ahli dan pakar dunia telah memastikan bahwa kemungkinan paling cepat ditemukan vaksin itu adalah tahun depan.

Artinya kemungkinan terbesar masyarakat harus hidup secara “New Normal” sampai tahun depan, bahkan bisa lebih.

Dalam hal ini, pemerintah pastinya berharap agar vaksin itu tidak sampai harus dikonsumsi untuk mengobati COVID-19 yang dijangkit oleh masyarakat Indonesia.

Dengan kata lain, pemerintah berharap bahwa penularan virus corona jenis baru di tengah masyarakat itu dapat diputus sebelum vaksin itu ditemukan.

Karena itu, perubahan perilaku menjadi kunci optimisme dalam menghadapi COVID-19 ini. Yakni tetap menjalankan kehidupan sehari-hari ditambah dengan penerapan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah atau didefinisikan sebagai “New Normal”.

Di sisi lain, Pemerintah juga berharap, sebelum vaksin di temukan, masyarakat dapat kembali hidup “normal” setelah menerapkan “New normal” dengan disiplin tinggi dan bergotong-royong agar terbebas dari COVID-19.

"Tapi, kita harus berpikiran positif, karena Indonesia ini punya kapasitas yang besar dan gotong royong, nah, marilah kita gotong royong untuk merubah perilaku bersama,” kata dia.

“Kita semuanya di dunia bisa mendapatkan vaksinnya, sehingga kita bisa menangani atau mengalahkan virus ini, kalau ketemu vaksinnya. Tapi, kita harus berpikiran positif, karena Indonesia ini punya kapasitas yang besar dan gotong royong. Nah, marilah kita gotong royong untuk merubah perilaku bersama,” ujar Wiku. (tribunnews)

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Tim Pakar Gugus Tugas Covid-19: Semua Harus Memulai Fase 'New Normal' Hadapi Corona

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved