Akhir Pandemi Covid-19 Tak Bisa Diprediksi, Masyarakat Harus Terbiasa dengan Fase 'New Normal'
Pemerintah Indonesia dan juga negara-negara lain hingga saat ini belum dapat menjawab mengenai pertanyaan kapan pandemi Covid-19 akan berakhir
TRIBUNJOGJA.COM - Hingga saat ini, akhir pandemi virus corona atau covid-19 belum bisa dipastikan secara akurat.
Sejumlah pakar dan ahli hanya mampu sebatas memprediksi penurunan kurva ataupun pelandaian pertumbuhan kasus baru.
Namun untuk menjawab kapan pandemi covid-19 benar-benar berakhir, belum ada ahli yang bisa memberikan jawaban ataupun menjanjikan secara pasti.
Jumlah warga dunia yang terinfeksi virus corona pun masih terus menunjukkan peningkatan, termasuk di Indonesia.
• UPDATE Virus Corona di Indonesia Selasa 12 Mei 2020: Bertambah 484, Kasus Positif Kini Jadi 14.749
• Kasus Positif Covid-19 di DIY Bertambah 10 Orang, Ini Rincian Penambahan dan Riwayat Penularannya
Data terakhir per Selasa (12/5/2020), di Indonesia jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 telah mencapai angka 14.749.
Dari angka tersebut, 3.063 di antaranya telah dinyatakn sembuh, sementara angka kematian akibat virus corona tercatat 1.007 pasien.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmita, juga mengungkapkan Pemerintah Indonesia dan juga negara-negara lain hingga saat ini belum dapat menjawab mengenai pertanyaan kapan pandemi Covid-19 akan berakhir.
Ini lantaran hingga saat ini memang belum ditemukan vaksin untuk mengobati Covid-19.

Kendati demikian, beberapa ahli dan pakar dunia tengah berlomba untuk menemukan ramuan yang tepat untuk mengobati virus SARS-CoV-2 yang utamanya menyerang paru-paru manusia tersebut.
“Seluruh dunia juga tidak tahu, karena virus ini, untuk vaksinnya belum ditemukan. Jadi, maka dari itu, sampai dengan vaksin belum ditemukan, kita harus bisa selalu berhadapan dengan virus ini,” ungkap Wiku dalam dialog di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Civid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta (12/5/2020).
Dia mengatakan, di fase krisis kesehatan seperti yang sedang dialami Indonesia dan beberapa negara di dunia, penerapan protokol kesehatan menjadi metode paling dianjurkan untuk menghadapi Covid-19.
Antara lain, mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, menggunakan masker, menjaga jarak dan beraktivitas di rumah, demi memutus rantai penyebaran virus ini.
• 185 Warga Yogyakarta Pengunjung Indogrosir Jalani Rapid Tes, Dua Orang Hasilnya Reaktif
• Ratusan Pengunjung Indogrosir Jalani Rapid Test di GOR Pangukan Sleman, Ini Hasilnya
Beberapa bentuk perubahan atau transformasi baru inilah yang kemudian melahirkan istilah “New Normal”, yakni perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan virus corona jenis baru, penyebab Corona.
“Prinsip yang utama adalah harus bisa menyesuaikan pola hidup. Secara sosial, kita pasti akan mengalami sesuatu bentuk, new normal, atau kita harus beradaptasi dengan beraktivitas, dan bekerja, dan tentunya harus mengurangi kontak fisik dengan orang lain, dan menghindari kerumunan, dan bekerja, dan sekolah dari rumah,” jelas Wiku.
Sampai kapan masyarakat harus hidup secara “New Normal” ini?