Update Corona di DI Yogyakarta

Pemkab Sleman Akan Gelar Rapid Test Khusus Pengunjung Supermarket

Pemerintah Kabupaten Sleman akan menyiapkan rapid test masal dengan sasaran masyarakat yang berkunjung ke salah satu supermarket di wilayah Sleman.

Penulis: Santo Ari | Editor: Ari Nugroho
news.un.org
ilustrasi Virus Corona (Covid-19) 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Pemerintah Kabupaten Sleman akan menyiapkan rapid test masal dengan sasaran masyarakat yang berkunjung ke salah satu supermarket di wilayah Sleman.

Adapun rapid test masal tersebut merupakan upaya setelah ditemukannya kasus positif nomor 79 pada tanggal 24 kemarin.

Dan dari hasil penelusuran ternyata yang bersangkutan adalah karyawan dari salah satu supermarket di Sleman.

Kabag Humas dan Protokol Sleman, Shavitri Nurmaladewi menjelaskan, pada tanggal 2 Mei telah dilakukan rapid test untuk 10 karyawan dan hasilnya lima diantaranya reaktif.

Setelah itu dilanjutkan dengan tes PCR bagi mereka yang reaktif dan sampai saat ini masih menunggu hasil uji lab PCR.

Kemudian tanggal 4 mei dilakukan rapid test terhadap 94 karyawan, 22 di antaranya reaktif.

Rapid test kembali dilakukan 5 mei terhadap 196 karyawan, 30 di antaranya reaktif.

Pemkab Sleman Siap Lakukan Tes Cepat Massal Pengunjung Supermarket

"Jadi dari 57 yang reaktif tersebut, 28 diantaranya beralamat di Sleman. Selebihnya tersebar di bantul, kota, Kulonprogo maupun Gunungkidul," ujarnya, Kamis (7/5/2020)

Terkait hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Sleman akan melakukan rapid diagnose test (RDT) massal pada pengunjung supermarket yang rencananya akan dilakukan pada 12-14 Mei di GOR Pangukan Sleman.

Pengunjung yang dimaksud adalah pengunjung yang datang pada tanggal 25 April - 4 Mei 2020.

Kuota RDT di GOR Pangukan Sleman adalah 1.500 RDT yang akan dibagi dalam tiga hari berturut-turut.

"Diskominfo Kabupaten Sleman sedang membuat protokol penyeleksian peserta RDT massal melalui aplikasi. Dan peserta test mendaftar menggunakan aplikasi tersebut," ujarya.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo mengatakan bahwa pasien kasus nomor 79 yang merupakan karyawan supermarket belum diketahui terpapar Covid-19 dari mana.

"Kami sejauh ini belum tahu dari mana ia terpapar virus, bisa dari pengunjung, atau karena dia checker bisa saat memeriksa barang datang," jelasnya.

Dengan peristiwa ini, maka kasus nomor 79 disebut sebagai pasien generasi kedua.

Jika dari 57 orang yang reaktif saat rapid test ditemukan ada yang positif, maka hal tersebut bisa dikategorikan klaster baru.

Dinkes Gunungkidul Telusuri Warga Reaktif Rapid Test Asal Supermarket di Sleman

"Kalau nanti ada yang positif generasi ketiga, maka kita bisa menganggap itu sebagai klaster baru. Kita harus lebih cepat malakukan tracing," ujarnya.

Jika dilakukan screening kepada pengunjung dan ada yang dinyatakan reaktif, maka pihaknya pun harus menyiapkan banyak ruang isolasi di rumah sakit.

"Saat ini lonjakan baru ditingkat rapid test. Kita harus antisipasi jika lonjakan dari hasil swab positif," imbuhnya.

Adapun saat ini di Sleman terdapat 27 rumah sakit (RS) di mana dua diantaranya tidak bisa dipakai untuk merawat pasien Covid-19 karena merupakan RS khusus.

Adapun saat ini RSA UGM sedang menyiapkan gedung untuk pasien Covid-19 dengan kapasitas 107 kamar.

Targetnya pada tanggal 27 Mei sudah bisa dimanfaatkan dan sudah mulai beroperasi.

"Berarti di luar RSA UGM. Kita punya 101 ruang isolasi. Saat ini kita sedang terus berusaha mencari bekas RS di sleman, artinya dulu pernah jadi RS, tapi karena izinya habis kemudian berhenti operasional. Nanti akan kita sewa untuk mengantisipasi kalau ada lonjakan yang tidak terkendali," bebernya.

Sementara itu, Ketua Komisi A DPRD Sleman, Ani Martanti mengungkapkan bahwa pihak pemerintah kabupaten sleman berupaya untuk meminimalisir penyebaran Covid-19.

Ia pun mengapresiasi langkah Pemkab Sleman untuk melakukan rapid test kepada pengunjung.

"Kalau untuk sementara fokus ke supermerket tersebut, harapannya di supermarket lain harus melakukan rapid test. Sehingga memberikan kenyamanan dan keamanan kepada masyarakat yang berbelanja," terangnya.

"Karena yang masih ramai adalah supermarket yang menjual kebutuhan pokok. Dan itu akan jadi prioritas kami untuk membuat masyarakat lebih tenang, ketika karyawan ataupun pedagang sudah kita rapid," imbuhnya.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved