Ribuan Eks Petempur Suriah di Libya Diam-diam Menyusup ke Eropa
SOHR pertama kali melaporkan tentara bayaran Suriah melarikan diri ke Italia pada bulan Februari lalu
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, BEIRUT - Hampir 2.000 anggota milisi bersenjata Suriah yang didukung Turki yang diangkut ke Libya selama lima bulan terakhir, telah melarikan diri dari negara Afrika Utara ke Eropa.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengabarkan temuan ini Rabu (29/4/2020), sebagaimana dikutip Al Masdar News Network dari Beirut, Lebanon.
"Beberapa dari 2.000 pejuang Suriah yang diangkut ke Libya untuk bertarung dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang didukung PBB melawan pesaingnya Khalifa Haftar sebenarnya telah melarikan diri ke Eropa,” tulis SOHR dalam pernyataannya.
SOHR pertama kali melaporkan tentara bayaran Suriah melarikan diri ke Italia pada bulan Februari, dan sejak itu, beberapa laporan muncul yang membuat klaim serupa.
• Dipasok Emirat Arab, Rudal Israel Dipakai Pasukan Haftar Rontokkan Drone Turki di Libya
• Pasukan Haftar Klaim Tembak Jatuh Jet Tempur Seterunya di Misrata Libya
Jurnalis Lindsey Snell dari Investigative Journal mewawancarai seorang pejuang dari Ahrar Al-Sharqiyah yang baru-baru ini kembali ke Suriah setelah bertempur di Libya selama beberapa bulan.
Dalam wawancara itu, pejuang itu, yang diidentifikasi sebagai Zein Ahmed, mengatakan Turki menjanjikan kewarganegaraan jika mereka bertempur di Libya selama enam bulan. Namun, ini ternyata salah.
"Mereka memberi tahu kami terlebih dahulu, jika kami tinggal dan berjuang selama enam bulan, kami akan mendapatkan kewarganegaraan Turki," katanya.
“Itu bohong. Mereka memberi tahu kami jika kami mati dalam pertempuran di Libya, keluarga kami akan mendapatkan kewarganegaraan Turki. Sekarang begitu banyak warga Suriah tewas di Libya, kami tahu ini juga bohong," imbuhnya.
Ahmed merujuk sebuah kasus di mana seorang anggota Ahrar Al-Sharqiyah terbunuh pada Februari, keluarga korban menerima kompensasi 8.000 dolar AS, tetapi keluarga pejuang yang mati tidak diberi kewarganegaraan Turki.
Turki mengirim angkatan pertama tentara bayaran Suriah ke Libya pada Desember 2019.
Sejak itu, ribuan lainnya telah diangkut ke negara Afrika Utara untuk membantu pasukan GNA yang berbasis di Tripoli.
Beberapa pekan lalu, muncul testimony dari para petempur sipil asal Suriah di Libya. Mereka mengaku tidak senang menghadapi situasi di negara itu.
Mereka ingin pulang, setelah melihat realitas Turki yang mengirim mereka, tidak membuktikan janji-janjinya secara penuh.
Mengutip sumber-sumber oposisi, ada ketidakpuasan yang meluas di antara petempur bayaran Suriah yang dikirim ke Libya dari Turki.
• Memahami Konflik Libya : Mesir dan Saudi Cegah Bercokolnya Ikhwanul Muslimin di Libya
• Memahami Konflik Libya : Khadaffi Didongkel Gara-gara Minyak dan Ide Dinar Jadi Alat Transaksi Migas
SOHR secara terus mengaku memantau pengiriman tentara bayaran Suriah ke Libya oleh Turki.
