Kisah Mahasiswa di Yogya Berjuang Penuhi Kuota Internet demi Kuliah Daring, Rela Makan Sekali Sehari
Kisah Mahasiswa di Yogya Berjuang Penuhi Kuota Internet demi Kuliah Daring, Rela Makan Sekali Sehari
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Hari Susmayanti
Beberapa keringan seperti subsidi uang SPP sempat dirasakan.
Pemotongan subsidi selama masa pandemi menurutnya lumayan karena di kisaran Rp 200 ribu bagi jenjang S1, S2 dan S3
Namun, kesulitan yang dialami olehnya justru kebutuhan pangan. Untuk saat ini ia benar-benar membutuhkan bantuan berupa bahan makanan.
"Lebih ke bantuan sembako mungkin sih. Karena di kost kami ada dapur, jadi bisa diolah jadi masakan," katanya.
• Siaran Tanpa Celana, Fenomena Penyiar TV Saat Work From Home di Tengah Wabah Covid-19
Menanggapi bantuan pemerintah yang hanya diperuntukkan bagi mahasiswa yang tinggal di asrama, Kintan turut merespon jika Pemda DIY perlu memperhatikan mahasiswa yang tinggal di luar asrama.
Alasannya, ia mengaku kesulitan melakukan mobilitas.
Mahasiswi Jurusan Teknik Kimia ini juga mengeluh karena tempat kerjanya saat ini sudah tidak beroperasi.
"Saya nyambi kerja juga di pembuatan karangan bunga. Sekarang kan sepi, sementara kiriman ortu hanya buat bayar kost saja. Jadi benar-benar hanya andalkan bantuan," urainya.
Sudah dua pekan terakhir Kintan hidup dari bantuan sembako oleh beberapa dosen.
Namun, itu tidak bisa bertahan lama.
Ia menganggap, beberapa fakultas memang ada kegiatan pembagian sembako bagi mahasiswanya.
"Tapi untuk fakultas saya tidak ada. Kemarin itu malah dapat dari donasi para dosen," pungkasnya. (Tribunjogja/Miftahul Huda)