Wabah Virus Corona
WHO Siapkan Panduan Operasional Pasar Basah dan Imbau Negara Larang Perdagangan Satwa Liar
WHO bekerja sama dengan badan PBB lainnya tengah menyiapkan panduan operasional pasar basah.
TRIBUNJOGJA.COM - Virus Corona jenis baru penyebab COVID-19 muncul pertama kali di Wuhan, China akhir tahun lalu.
Hingga saat ini dugaan peneliti menyebut, pasar basah atau wet market Huanan di Wuhan dikaitkan sebagai tempat penyebaran pertama kali Virus Corona.
Pasar basah ini memang berpotensi melahirkan penyakit baru. Pasalnya, selain menjual aneka ikan, ayam, sayur, dan buah, pasar basah juga sering kali menjual satwa liar.
Ini seperti yang ditemukan di pasar hewan Wuhan.

Hal ini membuat Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) segera mengambil langkah-langkah preventif demi mencegah pandemi berikutnya serta memberikan perlindungan terhadap kesehatan masyarakat.
Salah satu cara yang diambil adalah pemberlakukan standar keselamatan dan kebersihan yang lebih ketat di pasar basah.
Selain itu, WHO meminta pemerintah di tiap negara secara ketat melakukan larangan penjualan dan perdagangan satwa liar.
WHO bekerja sama dengan badan PBB lainnya tengah menyiapkan panduan operasional pasar basah.
Menurut direktur jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyeysus, di banyak tempat, standar kebersihan pasar basah tidak diatur dengan baik.
"Saat pasar-pasar ini diizinkan untuk dibuka kembali, seharusnya hanya dengan syarat tertentu yang memenuhi standar keamanan pangan dan kebersihan yang ketat. Termasuk juga secara ketat menegakkan larangan penjualan dan perdagangan satwa liar untuk dikonsumsi," kata Tedros.
Lebih lanjut, ia menyebut diperkirakan 70 persen dari semua virus berasal dari hewan.
Jadi tindakan tersebut perlu dilakukan untuk memahami dan mencegah patogen melompat dari hewan ke manusia.

Sebelumnya, awal April ini organisasi-organisasi konservasi pun telah mendesak WHO untuk segera melakukan pelarangan pasar satwa liar dan mengakhiri perdagangan satwa liar untuk mencegah penyakit baru.
Wakil direktur sains di Zoological Society of London menyebut jika pasar basah dapat menjadi bom waktu sebab tak hanya berpotensi mengancam masa depan satwa liar tetapi juga manusia.
"Cara kita memperlakukan hewan hanya sebagai komoditas, tak mengherankan kalau mereka memberikan respon negatif terhadap manusia," ungkapnya dilansir BBC, Selasa (21/4/2020).