Wabah Corona

Pandemi Covid-19 Belum Berakhir, Pedagang Pasar Mengaku Semakin Bingung dengan Nasibnya

Sampai saat ini, belum ada yang tahu pasti kapan bencana Covid-19 akan berakhir. Dampak yang ditimbulkan pada berbagai sektor pun terus meluas.

Penulis: Irvan Riyadi | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Irvan Riyadi
Sarmini, seorang pedagang di Pasar Wates ketika ditemui, Jumat (17/4/2020). 

Laporan Reporter Tribunjogja.com, Irvan Riyadi

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO – Sampai saat ini, belum ada yang tahu pasti kapan bencana Covid-19 akan berakhir. Dampak yang ditimbulkan pada berbagai sektor pun terus meluas.

Upaya-upaya pencegahan dan penanganan terus dilakukan.

Imbauan untuk tetap di rumah, menghindari kerumunan, belajar dari rumah, pun dilanjutkan.

bahkan, beberapa pihak sempat menyarankan, agar PSBB juga segera diterapkan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hal tersebut, dirasa dapat membantu memutus mata rantai yang panjang dari penyebaran virus Corona ini.

Tentu beberapa konsekuensi, perlu dipertimbangkan matang-matang sebelum memutuskan status wilayah khususnya yang berkaitan dengan PSBB.

Dalam Pengaruh Alkohol, Jukir Lakukan Pelecehan pada Pedagang dan Rusak Warung Pecel Lele

Namun, dengan keadaan yang tidak pasti dan kepastian kebijakan yang masih salng tunggu, menyebabkan banyak sektor menjadi stagnan.

Seperti aktivitas di pasar-pasar tradisional. Sekalipun tetap buka secara normal, namun semakin hari semakin sepi pembeli.

Hal ini dikeluhkan juga oleh pedagang di Pasar Wates, Kulon Progo.

Sarmini misalnya, pedagang sayur yang menempati los di lantai 2, ini mengaku cukup kebingungan dengan keadaan belakangan ini.

Ia menuturkan, tidak menduga kalau bencana Covid akan berlangsung selama ini.

Disamping itu, dengan keadaan yang berlaku, semakin menambah kekhawatirannya atas dampak yang mungkin akan lebih berat lagi nantinya.

“Ya sudah selama ini, masih juga kayak begini. Lama-lama makin susah, mau bagaimana nanti, pembeli juga makin sepi,” ujarnya.

Ia mengaku tidak mempermasalahkan semua aturan yang diterapkan, mulai dari imbauan pemerintah pusat, maupun daerah.

Hanya saja baginya, imbauan-imbauan tersebut, tidak membuatnya mendapatkan titik terang yang pasti tentang nasibnya sebagai pedagang kecil.

Pasar Playen Jadi Percontohan Penerapan Sistem Belanja Online

“Katanya nanti bisa-bisa dilarang keluar, mau makan apa kalau tidak keluar, bagaimana saya, suami dan anak saya cari makan?. Sementara ini satu-satunya sumber pencarian kami, suami sudah tidak kerja,” tambahnya.

Suaminya, sejatinya bekerja sebagai pedagang Mie Ayam, di Jakarta.

Hanya saja, saat memutuskan pulang ke kampung halaman, kemudian ia tidak memungkinkan untuk kembali lagi karena keadaan saat ini,

“Sekarang lihat saja pedagang-pedagang kecil seperti kami, tiap hari jualan saja, syukur kalau ada yang beli. Apa lagi kalau tidak jualan?” pungkasnya.

Aktivitas buka dan tutup di Pasar Wates, sebenarnya tetap normal saja. Dimulai sejak pagi, hingga sore menjelang petang.

Berbeda dengan Pasar Baru Sentolo, yang diberi batas jam operasional hanya sampai pukul 13.00, dari biasanya hingga pukull 15.00.

Hal ini juga ditegaskan seorang pihak keamanan pasar Wates. Ia menerangkan, tidak ada edaran untuk membatasi jam operasional pasar di Pasar Wates.

Pedasnya Harga Cabai di Pasar Wates Kulon Progo

Hanya saja, karena terus-terusan sepi,  banyak pedagang memilih untuk menutup lapaknya  lebih cepat dari biasanya.

“Kalau di sini setahu saya, tidak ada surat edaran untuk pembatasan jam operasional. Tetap seperti biasa, sampai jam 5 sore. Tetapi memang banyak yang sudah tutup siang, yang lainnya masih ada yang buka,” ujarnya.

Seperti dikabarkan sebelumnya, bahwa Pasar Baru Sentolo, diberlakukan pembatasan jam operasional, melalui surat dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kulon Progo, yang di lanjutkan sebagai imbauan oleh Lurah Pasar.

Rencananya, pembatasan jam operasional tersebut, akan berakhir hari ini, Jumat (17/4/2020).

Namun saat dikonfirmasi, pihak pengelola pasar melalui Yulianto, seorang petugas keamanan menyebutkan, belum ada pemberitahuan lebih lanjut terkait hal itu.

“Semestinya memang sampai 17 April, tapi sampai hari ini, belum ada arahan langsung lagi. Jadi sampai ada surat atau arahan dari Dinas, tetap masih akan diberlakukan sampai jam 1 siang,” tutur Yulianto.

Kebingungan dan ketidakpastian seperti saat ini, tentu tidak hanya dirasakan oleh Marsinidi Pasar Wates, juga Yulianto dan yang lainnya.

Namun ia hanya berharap secepatnya, apapun nantinya yang akan dipilih pemerintah sebagai kebijakan, harapannya tetap mempertimbangkan nasib orang-orang sepertinya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved