Pesan Terakhir Dokter Sebelum Meninggal Setelah Bekerja dan Bertarung Melawan Virus Corona

Roberto Stella (67) pada 11 Maret lalu memberi pesan terakhir sebelum tewas karena virus corona. "Kita di sini untuk bekerja dan bertarung," ujar Stel

Editor: Joko Widiyarso
Shutterstock
Ilustrasi petugas medis yang menangani pasien virus corona 

TRIBUNJOGJA.COM ROMA - Roberto Stella (67) pada 11 Maret lalu memberi pesan terakhir sebelum tewas karena virus corona. "Kita di sini untuk bekerja dan bertarung," ujar Stella.

"Kita kehabisan masker tapi kita tidak boleh berhenti. Mari hati-hati dan tetap lanjutkan." Roberto Stella kemudian meninggal dan sosoknya dipuji sebagai pahlawan.

Dia meninggalkan keluarganya, terutama putranya yang berusia 24 tahun dan sedang dalam masa pendidikan menjadi dokter.

Anaknya itu kemudian mengatakan pada pers di Italia bahwa dia bermimpi bertemu ayahnya yang bangga melihat putranya yang baru saja lulus dari sekolah kedokteran.

Wakil presiden dari Varese Doctor's Order mengatakan kepada surat kabar Italia Corriere della Sera, "Stella adalah pahlawan, seperti rekan-rekan lainnya yang meninggal dalam beberapa hari terakhir."

Dr. Stella berasal dari wilayah dekat Bergamo, salah satu daerah yang paling terdampak akibat Covid-19 di Italia.

Dilansir Sky News, salah satu dokter di rumah sakit utama di Bergamo berkata kalau dirinya merasa sangat stres.

"Saya belum pernah merasakan stres yang teramat sangat dalam hidup saya. Saya seorang intensivist dan saya sudah terbiasa dengan momen-momen intens. Tapi berada di titik ini, saya baru menyadari bahwa saya tidak sanggup."

Usaha gigih para petugas medis di Italia mendorong Menteri Luar Negeri Italia untuk berkata, "Seharusnya kita mengerti bahwa ini bukan permainan. Banyak orang sekarat, laki-laki dan perempuan yang mempertaruhkan hidup mereka hanya untuk menyelamatkan orang lain."

Tak hanya itu, ternyata ada pula kekhawatiran yang muncul tentang staf yang tidak memiliki akses pakaian pelindung yang cukup.

Marcello Natal (57) bekerja di sebuah rumah sakit di kota Codogno dan meninggal pada 18 Maret setelah dites positif terjangkit virus corona.

Minim APD

Sebelum kematiannya, dia memberikan wawancara kepada EuroNews di mana dia menyatakan bahwa dia dan rekan-rekannya tidak memiliki peralatan dasar seperti sarung tangan. "Sarung tangannya sudah habis," katanya singkat.

"Kami tentu tidak siap menghadapi situasi seperti itu. Terutama generasi kami, generasi pasca-antibiotik, yang tumbuh dengan berpikir bahwa pil melawan penyakit sudah cukup," katanya kepada penyiar.

Selain Natal, praktisi kesehatan termuda yang diketahui tewas karena virus corona adalah Ivano Garzena (48), seorang dokter gigi dari Turin.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved