Wabah Virus Corona
Bukan Makanan, Ini yang Paling Diburu Masyarakat Inggris saat Pandemi Virus Corona
Jika di Indonesia, sebagian besar orang akan membeli makanan untuk stock di rumah selama pandemi virus corona. Berbeda dengan masyarakat Inggris,
Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM - Jika di Indonesia, sebagian besar orang akan membeli makanan untuk stock di rumah selama pandemi virus corona. Berbeda dengan masyarakat Inggris, mereka justru membeli sejumlah roll tisu toilet.
Melansir BBC, Managing Director Bumboo, Fay Pottinger, salah satu merek tisu toilet di Inggris mengatakan penjualan produknya naik gila-gilaan di bulan Maret, ketika masyarakat mulai melakukan ‘panic buying’.
Selama bulan ini, penjualan naik sekitar 325 persen dari bulan lalu. Ia mengatakan ini mungkin saja akan terus naik hingga beberapa bulan ke depan, membuat perusahaan itu tak boleh kehabisan stok.

Selain itu, merk tisu toilet asal Amerika, No 2 mengalami hal yang sama. Sekitar 5000 persen kenaikan penjualan terjadi di website Amazon, sebelum itu benar-benar habis.
Sementara, Chief Executive Who Gives A Crap, Simon Griffiths yang juga menjual tisu toilet mengatakan penjualan naik lima kali lipat daripada rata-rata di bulan Februari.
Kelakuan pembelian panik itu sebenarnya merugikan masyarakat lain. Sebab, ada banyak orang yang lebih membutuhkan. Seperti yang diceritakan Josh, laki-laki asal Nottingham, Inggris yang kesulitan mencari tisu toilet di penjuru swalayan.
Ia sendiri adalah penjaga ibunya yang sakit kanker. Di tengah pandemi corona ini, Josh ingin memastikan ibunya memiliki tisu toilet yang cukup selama 12 minggu.

Ia pun membeli secara daring, tapi sayang, pesanannya itu tak pernah datang. Dia mengatakan barangnya sudah dikirim oleh Hermes di beberapa hari ini, tapi itu mendadak tidak ada. Josh mengira tisu toiletnya itu dicuri.
Kejadian ‘panic buying’ ini sebenarnya biasa terjadi saat pandemi atau musibah. Psikolog konsumen Dr Cathrine Jansson-Boyd dari Anglia Ruskin University mengatakan masyarakat menginginkan sesuatu yang bisa mereka kontrol.
“Ini terjadi karena beberapa orang mencoba untuk menjadi praktis. Mereka ingin menimbun bahan dasar jika mereka tidak bisa keluar. Kemudian ada efek bola salju ketika konsumen mengamati satu sama lain menimbun persediaan, mereka juga harus melakukannya,” katanya.
Dia menambahkan bahwa melihat foto-foto rak kosong secara online semakin memicu lingkaran setan. Meskipun begitu, seharusnya penimbunan tidak terjadi karena membahayakan komunitas lain yang lebih membutuhkan.

Penimbunan makanan juga sempat terjadi di Inggris. Sebagian besar swalayan mengalami rak-rak kosong karena diborong masyarakat. Namun kini, semua sudah disiasati dengan membatasi pembelian untuk setiap orang dan menutup toko sementara apabila terlihat rak kosong.
Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengatakan kepada publik untuk tinggal di rumah dan menggunakan layanan pengiriman online untuk makanan. Ini dilakukan untuk mencegah adanya kerumunan dalam satu tempat dan waktu.
Namun, layanan pengiriman online supermarket tampaknya tidak memiliki slot cadangan dan ada skema khusus untuk memprioritaskan pelanggan lanjut usia dan rentan menghadapi masalah.
Jadi bagaimana cara Inggris membeli makanan dengan mudah?