Yogyakarta
Kisah Inspiratif Pemuda Lulusan S-1 yang Menikmati Pekerjaan Driver Ojek Online
Ibarat sedang bulan puasa, perempatan Mirota Kampus 2 di Jalan C Simanjuntak, Gondokusuman, Kota Yogyakarta pada Rabu (18/3/2020) siang tampak lengang
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Ari Nugroho
"Tadi (Rabu, 18/3/2020) saya keluar pukul 12.00. Hari ini nggak ada yang sekolah jadi keluar siang. Biasanya dari rumah jam 06.00 sudah ada orderan," bebernya.
• Paparan Lengkap Seputar Virus Corona oleh Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19 BNPB
Anak-anak sekolah, terutama siswa SMP dan SMA, serta mahasiswa memang pelanggan utama Dedi selama ini. Setelah banyak kampus diliburkan, pelanggannya di kampus hanya dari kalangan karyawan.
Meski mengalami pasang-surut, Dedi mengaku akan terus menjalani profesi sebagai driver ojol. Meskipun jika pria yang mulai menjalani S1 pada 2013 itu kelak sudah memiliki pekerjaan tetap yang lain.
Menurut Dedi, banyak temannya sesama driver yang merupakan lulusan S1 dari perguruan tinggi negeri maupun swasta. Bahkan, ada juga yang jebolan S2.
"Ke depan saya ingin memiliki pekerjaan tetap. Yang jam kerjanya terikat, semisal di kantor-kantor. Tapi masih ingin mengemudi ojol. Mungkin di malam hari atau hari libur," papar pria yang mengaku sudah menikmati pekerjaan sebagai driver ojol itu.
Dedi mengatakan, pekerjaan sebagai driver ojol masih sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Orang tua Dedi pun memintanya untuk mencari pekerjaan yang dianggap lebih terpandang.
"Orang tua bilang apa nggak pengin cari pekerjaan yang lebih bagus? Ada orang lain bilang, (menjadi driver ojol) yang SMP juga bisa," katanya.
• Komisi A DPRD DIY Dukung Pemda Kerja Keras dalam Penanganan dan Pencegahan Covid-19
Anak lelaki satu-satunya dari lima bersaudara itu juga mengungkapkan suka-duka sebagai driver ojol selama ini.
"Sukanya kalau pelanggan kasih tip. Tapi pernah juga ada pelanggan yang nggak saya suruh bayar," tuturnya.
Dedi menjelaskan, ketika itu ada seorang pedagang tua dari Pasar Beringharjo yang menjadi pelanggannya.
Pedagang itu membawa banyak barang dagangan sembari menumpangi motor Dedi.
Melihat itu, rasa iba dan empati Dedi muncul.
"Dekat aja waktu itu. Saya antar dari Pasar Beringharjo ke Jalan Letjend Suprapto Ngampilan," tukas Dedi.
Namun, sisi yang kurang menyenangkan juga kerap kali ia rasakan.
"Waktu nganter makanan, pernah yang order malah ketiduran. Atau malah ditinggal pergi ke mana. Kan kami harus nunggu," ungkap Dedi. (TRIBUNJOGJA.COM)