Yogyakarta
Kisah Inspiratif Pemuda Lulusan S-1 yang Menikmati Pekerjaan Driver Ojek Online
Ibarat sedang bulan puasa, perempatan Mirota Kampus 2 di Jalan C Simanjuntak, Gondokusuman, Kota Yogyakarta pada Rabu (18/3/2020) siang tampak lengang
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ibarat sedang bulan puasa, perempatan Mirota Kampus 2 di Jalan C Simanjuntak, Gondokusuman, Kota Yogyakarta pada Rabu (18/3/2020) siang tampak lengang.
Gerobak yang ditunggu oleh seorang pedagang bakwan kawi di depan MAN 1 Yogyakarta masih memajang bakwan yang hampir penuh.
Sementara, di samping barat gerobak itu seorang driver ojek online (ojol) duduk di pinggir trotoar.
Menunggu orderan. Motornya terparkir tepat di depannya.
"Hari ini baru dapat dua orderan. Sejak Senin (16/3/2020) sulit dapat," ujar driver ojol bernama Dedi itu.
Padahal, menurut Dedi, pada hari biasa sejak pagi hingga sore ia mampu melayani orderan ojol hingga 20 orang lebih.
"Senin kemarin dapat 13 orderan. Selasa 12. Penurunannya sampai 50 persen sejak anak-anak sekolah dan kuliah libur. Tapi hari ini baru dua. Sabar, ditunggu aja," tutur Dedi.
Wajah lelaki yang memakai masker itu terlihat cukup muda. Usianya 29 tahun. Dedi adalah lulusan S-1 Psikologi dari suatu universitas swasta di DIY.
• 5 Hal Penting yang Harus Dilakukan saat Social Distancing untuk Cegah Penyebaran Virus Corona
Awal mula Dedi terjun ke dalam pekerjaan ojol terbilang unik.
Pada 2017, saat sedang mengerjakan tugas skripsi S1, ia merasa jenuh karena sering ditolak dan diminta revisi oleh dosen pembimbing.
"Waktu itu sedang skripsi. Sering ditolak (naskah skripsi) oleh dosen. Akhirnya mundur-mundur terus. Jadi saya nyambi kerja di ojol," tukasnya.
Juli 2017 adalah awal karir Dedi sebagai driver ojol. Hingga lulus kuliah pada 2019, pekerjaan itu masih ia pertahankan. Bahkan, menjadi sumber pendapatan utama.
Di hari-hari normal, ia biasa keluar rumah dan menerima orderan pertama pukul 06.00 WIB. Paling banyak pelanggan saat pagi adalah anak-anak sekolah dan mahasiswa. Pukul 10.00 WIB Dedi biasanya istirahat di rumahnya yang berada di Godean.
"Setelah zuhur keluar lagi. Biasanya sampai sore. Kalau sudah dapat 20-an orderan biasanya sudah. Sehari rata-rata dapat Rp100 ribu," jelas anak kedua dari lima bersaudara itu.
Namun, Dedi mengungkapkan, sejak kampus-kampus mengeluarkan kebijakan kuliah daring pada Senin (16/3/2020), jam kerjanya berubah.