Jawa

Pembatasan Akses Wisatawan di Lantai Arupadatu Candi Borobudur Mulai Diberlakukan

Pembatasan akses ini untuk menghindari potensi kerusakan dan keausan pada batuan candi akibat terlalu banyaknya wisatawan yang datang.

Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Rendika Ferri
Kepala Seksi Konservasi BKB, Yudi Suhartono, menunjukkan tanda larangan masuk untuk lantai 9 dan 10 Candi Borobudur, Kamis (13/2/2020). 

Batuan candi yang aus dari 1 milimeter, 2 sentimeter, hingga 4 sentimeter.

"Berdasarkan pengamatan yang kita lakukan di lantai ini, lantainya mengalami kerusakan hampir 30 persen dan di tangga-tangga yang naik ke atas itu mengalami kerusakan hampir 40 persen. Kerusakannya bermacam-macam ada yang 1 milimeter, ada yang 2 cm, bahkan ada yang sampai 4 cm. Bahkan di beberapa lokasi  bagi pengunjung juga ternyata membahayakan karena ada beberapa pengunjung yang terpeleset karena batunya sudah agak miring ini," kata Tri.

Rata-rata kerusakan candi adalah aus pada batuan candi.

Berdasarkan penelitian tahun 2009 dengan jumlah kunjungan sebanyak 2 juta pengunjung, menyebabkan batu tangga aus sekitar 0,2 sentimeter.

Jika dihitung 10 tahun ke depan, aus sudah mencapai 2 sentimeter. 

Belum lagi jika jumlah pengunjung mencapai dua kali lipat, 4 juta wisatawan, seperti yang terjadi beberapa tahun belakangan, potensi keausan batuan candi bisa mencapai 4 sentimeter.

Kerusakan terparah adalah batuan candi yang semula lurus menjadi cekung.

Cegah Aus Batuan Candi, Tangga Candi Borobudur Akan Dilapisi Kayu Jati

"Aus. Jadi begini pengunjung datang ke atas, berdasakan penelitian di tahun 2009 dengan 2 juta pengunjung kira-kira batu tangga aus sekitar 0,2 cm. Bisa dibayangkan kalau 10 tahun sudah 2 cm. Pada hal tahun-tahun yang lalu pengunjung kita sampai 4 juta. Kalau sudah 4 juta kerusakan bisa sampai 0,2 cm terjadi tidak sampai 10 tahun bisa 4 cm. Kerusakan terparah, batuan candi menjadi cekung," kata Tri.

Dikatakan oleh Tri, keputusan pembatasan akses wisatawan di bagian paling suci candi ini dilaksanakan agar stupa induk dan lantai paling atas candi, Arupadatu, lebih terawat dan terlindung dari kerusakan-kerusakan.

"Kalau kerusakan-kerusakan ini dibiarkan terus menerus yang jelas kita akan kehilangan satu warisan nenek moyang yang cukup berarti bagi bangsa Indonesia ini. Kita berharap warisan ini bisa tersambungkan ke generasi yang akan datang, tidak hanya generasi kita saja yang meng-eksploitasi bangunan ini secara besar-besaran tapi menyebabkan kerusakan yang lebih parah," ujar Tri.

Belum diketahui kapan pembatasan ini akan berlangsung, BKB tengah melakukan observasi dan belum menetapkan waktu.

Meski demikian, pembatasan ini tidak lah mutlak.

Kegiatan yang berhubungan dengan ritual keagamaan akan tetap diizinkan dengan persyaratan tertentu.

Begitu juga dengan adanya tamu negara.

"Kita lakukan pembatasan tidak semua kita tutup, nantinya mestinya ada, yang umum pasti kita batasi. Untuk berkegiatan berhubungan ritual keagamaan yang berhubungan dengan tempat paling suci ini akan persyaratan tertentu akan kita izinkan. Termasuk itu apabila ada tamu negara dan lain sebagainya," tutur Tri.

Kisah Warga Borobudur Sulap Limbah jadi Produk Ekspor, Sukses Ciptakan 1970 Jenis Kerajinan

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved