Kisah Preman Insyaf, Dulu Maksiat Kini Dirikan Panti Asuhan di Sleman
Prianggono yang dulunya seorang preman kini insyaf. Dulu ia akrab dengan maksiat tapi kini ia sudah sadar, dan sudah merintis panti asuhan di Sleman
Seiring berjalanya waktu, tahun 2015 Prianggono memulai membangun panti asuhan di atas tanah yang dibelinya.
"Saya rintis panti asuhan di rumah mertua, ada delapan anak waktu itu. Lalu saya membeli tanahnya simbah, Saya cicil ke anaknya satu-satu," ujar Prianggono.
Saat itu ada 21 anak yang ada di panti asuhanya, mulai dari balita hingga SMA.
Secara mandiri ia menghidupi anak-anak di panti asuhan itu.
Selama enam tahun Prianggono menjalankan panti asuhan tanpa mengajukan proposal kemanapun.
Meski diakuinya, banyak orang yang datang ke panti asuhan untuk bersedekah.
"Enam tahun berjalan panti asuhan tanpa proposal, tanpa meminta-minta. Kita doanya minta didatangkan dan dipertemukan, Alhamdulillah cukup," ujarnya.
Prianggono saat ini sedang merintis ekonomi panti asuhan, salah satunya dengan membuka warung Kongsuu di Desa Widodomartani, Sleman.
Selain warung, Prianggono juga memelihara kambing dan ikan.
"Ya untuk operasional panti. Pelan-pelan Kita merintis ekonomi panti asuhan," ucap Prianggono.
Nama panti asuhan yang dirintis Prianggono adalah Panti Asuhan Islam Yatim dan Dhuafa Daarul Qolbbi Pondok Pesantren Tombo Ati, Sleman. (*)
==
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Prianggono, Mantan Preman Tinggalkan Dunia Hitam untuk Dirikan Panti Asuhan"