Gunungkidul
Pelayanan Imunisasi di Gunungkidul Dapat Skor Tinggi dari UNICEF
Kasi Surveillance dan Imunisasi Dinkes Gunungkidul Drg. Fransisca Niken Widyawati mengatakan skor yang didapat bahkan lebih tinggi dari DIY.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja Alexander Ermando
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul mendapat penilaian tinggi atas program imunisasi serta pengelolaan logistiknya.
Penilaian tersebut diberikan oleh UNICEF, WHO, dan Kementerian Kesehatan RI.
Kasi Surveillance dan Imunisasi Dinkes Gunungkidul Drg. Fransisca Niken Widyawati mengatakan skor yang didapat bahkan lebih tinggi dari DIY.
"Gunungkidul mendapat skor 81, sedangkan DIY skornya sekitar 70 ke atas," ungkap Niken, Senin (10/02/2020).
• Terkendala Jarak, Korban Klitih Asal Gunungkidul Ini Enggan Buat Laporan Polisi
Ia menjelaskan, adanya Gudang Farmasi khusus untuk penyimpanan vaksin serta distribusi yang baik hingga ke berbagai fasilitas kesehatan menjadi faktor pendukung tingginya penilaian.
Hal tersebut juga dijelaskan oleh Kepala Dinkes Gunungkidul Dewi Irawaty yang mengatakan pihaknya sudah memiliki Cold Room sendiri sebagai syarat penyimpanan vaksin.
"Cold Room yang kami miliki tergolong besar dan modern, bisa dikatakan baru pertama di DIY," jelas Dewi.
Menurut Dewi, dalam distribusi vaksin ada sistem khusus yang disebut sebagai Cold Chain.
Sistem ini untuk memastikan vaksin dalam suhu yang sesuai agar tidak rusak saat tiba di tujuan atau saat akan digunakan.
Dinkes Gunungkidul pun telah menyediakan berbagai peralatan pendukung hingga menerapkan prosedur yang ketat. Apalagi mengingat harga vaksin tidaklah murah.
• Pemkab Gunungkidul Dapat Kucuran Rp 429 Juta untuk Program Padat Karya
"Demi menjaga suhu vaksin tetap terjaga, kami sudah menyediakan kendaraan khusus sesuai standar untuk pendistribusiannya," kata Dewi.
Jaminan kualitas juga dilakukan dengan melatih para petugas yang terlibat dalam program vaksinasi di puskesmas hingga sekolah-sekolah.
Menurut Dewi, pelatihan dilakukan agar vaksin yang ada tidak rusak sia-sia karena penyimpanan yang keliru, mengingat pengadaan vaksin hanya bisa dilakukan melalui Kementerian Kesehatan RI.(TRIBUNJOGJA.COM)