Kisah Warga Borobudur Sulap Limbah jadi Produk Ekspor, Sukses Ciptakan 1970 Jenis Kerajinan
Kisah Warga Borobudur Sulap Limbah jadi Produk Ekspor, Sukses Ciptakan 1970 Jenis Kerajinan
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Hari Susmayanti
Nur kemudian membuat mainan anak-anak dari kaleng susu bekas dan menjualnya di kawasan candi pada saat hari libur. Di luar ekspektasi, produk kerajinannya diminati oleh wisatawan di Candi Borobudur.
"Sepulang sekolah, selama seminggu, saya membuat kerajinan dari kaleng susu, mainan anak dan menjualnya di candi pas libur. Dulu masih malu berjualan, saya cuma duduk di bawah pohon, memamerkan produk. Ternyata banyak yang menanyakan karena seniman kriya di Borobudur saat itu masih sedikit," kata pemilik Omah Mbudur tersebut.
Nur pun terus menggeluti bidang kerajinan. Setahun ia terpaksa berhenti bersekolah di SMP Muhammadiyah Borobudur, untuk berkarya dan berjualan produk kerajinan di Borobudur. Selepas lulus, ia sempat merantau ke Tangerang, bekerja di pabrik.
Lalu banting setir ke Jogja. Di sana, ia magang di PPG. Setelah itu, ia magang lagi di sekolah tinggi pariwisata di Bali.
Baru sekitar tahun 1999, Nur membuat kerajinan di Magelang, tepatnya di Dusun Jowahan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Waktu itu Nur dibantu istrinya, Fitiryanti, untuk membuat produk kerajinan. Istrinya sampai rela keluar dari pekerjaannya dan membantu usaha kerajinan yang dirintis pertama kali itu. Ia juga memberdayakan anak-anak desa setempat untuk membuat kerajinan.
"Dulu hanya ada dua karyawan, sekarang tahun 2020 sudah ada 40 orang. Total jumlah produk kerajinan yang tercipta 1.970 item.
Mulai dari gantungan kunci, jewelry, hiasan dinding, multicast, suverir untuk kantor dan sekolah favorit pun ada. Pasar kami dari dalam negeri, hingga luar negeri seperti Singapura, Malaysia, hingga Riyadh," tutur pria kelahiran Magelang tersebut.
Berbagai produk kerajinan yang dihasilkan oleh Nur terbuat dari limbah atau pun sampah tak berguna. Nur bekerja sama dengan para pemulung atau pengepul yang ada di sekitar kawasan wisata Candi Borobudur.
Limbah-limbah yang terkumpul adalah kaleng minuman, potongan kaca, kayu, batu dari pabrik mebel atau toko besi.
Salah satu produk kerajinan yang dibuat dari limbah yakni gantungan kunci. Ia menggunakan kaleng bekas minuman untuk membuat hiasan dekoratif dari gantungan kunci.
Kaleng bekas itu digunting hingga berbentuk lempengan alumunium. Lempengan itu dipress menggunakan besi yang telah diukir sebagai model cetak.
Lempeng yang telah dihias itu ditempel di atas alas berupa potongan kayu. Potongan kayu yang dipakai berasal dari limbah industri mebel. Untuk finishing, gantungan kunci yang sudah hampir jadi, dilapisi cairan bening yang saat kering akan mengeras seperti kaca.
"Kayu kami ambil dari sisa mebel. Kaca kecil di toko besi. Biasanya ada pecahan kaca yang kecil hasil potongan dibuang di gudang. Kami ambil dan potong dengan ukuran 10x10 sentimeter. Pecahan kaca itu kemudian diolah," tutur Nur.
Produk kerajinan buatan Nur banyak diminati dari pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Pasar dalam negeri seperti Palembang, Lombok, Bali, Sulawesi, Jakarta dan banyak daerah lainnya.
Pasar luar negeri seperti Singapura, Malaysia, sampai Riyadh. Harganya mulai dari Rp 3.000 sampai Rp 15 ribu, tergantung jenis kerajinannya. (Tribunjogja/Rendika Ferri Kurniawan)