Jawa
Mengungkap Asal Mula Dusun Setan di Magelang
Dusun ini terletak di Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, masuk wilayah Desa Candiretno.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Ada sebuah dusun di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang memiliki nama yang unik dibandingkan dusun lainnya.
Nama dusun ini memang agaklah 'seram', karena dinamakan Dusun Setan.
Namun, hanya namanya saja yang begitu.
Selebihnya penduduk di sana tak ubahnya seperti warga biasa pada umumnya.
• 2.758 Atlet Pelajar Berlaga di Popda Kota Magelang 2020
Dusun ini terletak di Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, masuk wilayah Desa Candiretno.
Ada yang bilang Dusun Setan ini akronim dari 'Secang Wetan'.
Namun, nama Dusun 'Setan' ini memang sudah seperti itu sejak dahulu, sejak dusun ini berdiri.
Bahkan sejak, Lurah pertama yang memimpin, yakni A Yasir, dari jaman penjajahan hingga tahun 1946.
"Nama dusun Setan ini sudah sejak lama. Sejak A Yasir, lurah pertama di Desa Candiretno, sejak jaman penjajahan sampai dengan 1946. Dahulu, ada dua desa, Desa Candirejo dan Desa Setan, tetapi digabung menjadi Desa Candiretno. Sebagian warga ada yang menjuluki dengan Secang Wetan (Setan). Jadi namanya memang seperti itu, bukan karena apa-apa," kata Slamet Trianto, (36), Kasi Pemerintahan Desa Candiretno, sekaligus mantan Kadus Setan tahun 2010-2018.
Jumlah penduduk di Dusun Setan, kurang lebih 200 KK atau sekitar 600 jiwa.
• Super Gampang! Tutorial Make Up Khusus untuk Musim Hujan
Mayoritas penduduk di sana berprofesi sebagai buruh tani dan buruh bangunan.
Mulanya, ada dua dusun, tetapi setelah ada perampingan pada tahun 2011, menjadi satu dusun, yakni Dusun Setan.
"Perampingan dan digabung, karena jumlah penduduk sedikit. Pak Sukardi, yang sekarang menjabat Kadus Setan sekaligus Dusun Tidaran," kata Slamet.
Semula, sejumlah warga setempat agak kurang sreg dengan nama dusun mereka tersebut. Bahkan sampai ada yang mengganti alamat di KTP mereka, diubah dari nama Setan menjadi Stan.
Namun, setelah itu, alamat di KTP-el mesti diseragamkan, sehingga warga mengubahnya kembali dengan nama 'Setan'.
Sejatinya, pengucapan nama Setan itu juga kerap diucapkan keliru.
• Tempati Gedung Baru, Organisasi Wanita Kota Magelang Diharapkan Makin Solid
Awalan 'Se' dalam pengejaan Dusun 'Setan', menggunakan huruf 'ê' dengan pepet, dilafalkan [ə], seperti dalam kata 'Ketan'.
Namun, orang yang kurang tahu, mengejanya dengan huruf é dilafalkan [e], seperti dalam kata 'Kecap'.
"Ejaannya, dengan huruf e dikasih pepet dalam bahasa jawa yakni sêtan. Bukan setan (memedi atau hantu). Hanya pengucapan Sêtan dan setan yang sama, membuat warga luar itu mengira sama," kata Singgih.
Meski bernama Dusun Setan, tidak ada pengaruh apa-apa terhadap dusun ini.
Malahan di dusun ini dan sekitarnya, banyak peninggalan sejarah, seperti adanya candi bersejarah, Candi Retno.
Ada juga Kali Setan, yang di situ terdapat mata air, meski sekarang tak pernah dipakai.
Selebihnya, dusun ini sudah termasuk dusun yang cukup berkembang.
• Menyambangi Situs Kuno Pemandian Air Panas Para Puteri Raja di Candi Umbul Magelang
Listrik sudah masuk desa.
Jalan beton sudah dibangun di sepanjang jalan dusun.
Rumah warga tertata dengan rapi.
Warga di sana pun hidup dan beraktivitas seperti pada umumnya.
"Listrik sudah masuk desa. Warga juga memiliki sumber air, sumur sendiri. Jalan beton sudah dibangun. Jadi tidak ada pengaruh apa-apa dengan nama itu," kata Singgih.
Nama Dusun Setan ini sendiri juga tertulis dengan jelas di gapura masuk dusun.
Ada juga Sekolah Dasar (SD) yang ada di sana dengan nama SD Negeri Setan.
Bagi orang yang belum tahu, memang nama Dusun Setan ini cukup seram, tetapi ternyata warga di dusun ini punya kehidupan yang baik di dusun ini. (TRIBUNJOGJA.COM)
