Jawa
Rumah Kecil yang Kini Menjadi Museum, Tempat Jendral Sudirman Mengembuskan Nafas Terakhirnya
Beberapa peninggalan Pangsar Jenderal Sudirman masih ada di sini. Seperti meja, kursi, meja makan, baju, tandu, dan barang-barang perabot tinggalan S
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - 'Pak Dirman' mengembuskan nafas terakhirnya di Kota Magelang.
Di dalam sebuah kamar, di sebuah rumah kecil di samping taman Badaan.
Tempat yang menjadi saksi bisu, akhir perjalanan sang Panglima Besar, berperang melawan Belanda, sekaligus melawan penyakit TBC yang menggerogotinya.
Tak pernah ada kata menyerah.
Namun, waktu adalah sesuatu yang tak dapat dilawan.
Kali ini, Pak Dirman mesti menyerah.
Ia meninggal, di dalam rumah sederhana, di sudut kota yang hening.
70 tahun yang lalu, tepat pada tanggal 29 Januari, di sebuah pesanggrahan di Jalan Ade Irma Suryani, Kota Magelang, Panglima Besar Jenderal Sudirman, wafat.
Pesanggrahan yang kini menjadi sebuah museum yang berisi kenangan dan barang-barang peninggalan sang jenderal, yakni Museum Sudirman.
• Doa Dipanjatkan pada Peringatan Wafatnya Panglima Besar Jenderal Sudirman di Kota Magelang
Sejarah saat itu mencatat, ketika perang Gerilya selesai berlangsung, Pak Dirman masih dalam kondisi sakit.
Ia menderita penyakit TBC, bahkan selama 15 bulan memimpin perang.
Saat perang usai, Soekarno memintanya beristirahat di Kota Magelang.
Sudirman pun menuruti perkataannya.
Di sebuah rumah atau pesanggrahan di kota kecil ini, ditemani oleh dua ajudannya, Tjokropanolo dan Soepardjo Rustam, ia beristirahat untuk memulihkan diri.