Yogyakarta
Menengok Jejak Manusia Lewat Pameran Angkasa Raya, Ruang, dan Waktu
Pameran ini menyuguhkan berbagai koleksi yang berkaitan dengan proses manusia mengenal konsep waktu, navigasi, hingga penanggalan.
Penulis: Amalia Nurul F | Editor: Gaya Lufityanti
Bintang-bintang tersebut seolah tengah membimbing para pelaut berlayar di samudra luas.
Dalam narasi yang tersedia menyebutkan, nenek moyang bangsa Indonesia dikenal sebagai pelaut ulung.
• Kolaborasi Seni Antara Bali dan Borobudur Tersaji di Pameran Seni Special Perception di Borobudur
Mereka mampu berlayar hingga mencapai Madagaskar di Benua Afrika.
Pelayaran jarak jauh di saat manusia belum mengenal tulisan ini menunjukkan kemampuan navigasi yang unggul.
Mereka mampu membaca arah mata angin dengan bantuan matahari, angin, dan konstelasi bintang.
Tak hanya itu, setelah manusia mengenal tulisan, manusia pun juga mengenal sistem tanggal atau penanda waktu.
Dibuktikan dengan berbagai koleksi prasasti hingga manuskrip yang menunjukkan waktu atau masa.
Manusia juga menggunakan penanda waktu untuk datangnya musim.
Seperti musim tanam hingga musim panen.
• Dicti Art Laboratory Gelar Pameran Poster Pameran Seni Rupa 1974-2019
Di masyarakat Jawa, hal ini dikenal dengan pranata mangsa.
Dalam tradisi Jawa juga dikenal pawukon dan primbon.
Dalam teks narasi yang ada, dijelaskan masyarakat Jawa merekam wuku sebagai sistem penanda waktu yang digunakan untuk meramal nasib seseorang.
Melalui wuku ini, watak dan peruntungan orang dapat dihitung sebagai sistem kewaspadaan.
Bagian Mitos dan Astrologi juga cukup menarik, tersedia display audio visual hingga koleksi wayang yang merepresentasi sifat-sifat manusia berdasar wuku.
Terakhir, pengunjung pun dapat menuliskan kesan dan pesan mereka di papan khusus yang telah disediakan.(TRIBUNJOGJA.COM)