Tak Hanya di Purworejo, Raja Kerajaan Agung Sejagad Juga Lakukan Ritual di Sleman

Tak Hanya di Purworejo, Raja Kerajaan Agung Sejagad Juga Lakukan Ritual di Sleman

Penulis: Santo Ari | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM / Alexander Ermando
Rumah kontrakan Totok Santoso di Dusun Ngabangan, Sidoluhur, Godean, Sleman usai penggeledahan pada Rabu (15/01/2020) 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kegiatan ritual Kerajaan Agung Sejagad pimpinan Totok Santoso (42) dan istrinya, Fanni Aminadia (41) yang dibongkar oleh pihak kepolisian di Purworejo ternyata juga pernah dilakukan di wilayah Sleman.

Bahkan, ritual yang dilakukan Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat dan Kanjeng Ratu Dyah Gitaraja sempat dicurigai oleh  warga dan pemerintah desa Sidoluhur.

Beberapa kali pemerintah desa sempat memanggil Totok karena mengadakan kegiatan yang mencurigakan.

Totok dan Fanni mengontrak rumah di Desa Sidoluhur sejak 2018, hingga akhirnya berita mereka yang mengaku sebagai  raja dari Keraton Agung Sejagat viral. 

"Kami sudah mencurigai dari awal tapi mereka selalu beralasan," ujar Kasi Pemerintahan Desa Sidoluhur, Adi Arya Pradana saat ditemui Rabu (15/1/2020).

Kecurigaan awal pada tahun 2018 saat Totok mengadakan sosialisasi akan mendirikan koperasi yang bergerak di bidang pertanian dan perikanan.

Kecurigaan didasarkan pada informasi yang didapat pemerintah desa di mana Totok dengan Jogja DEC.

Totok Santosa pernah menjadi pemimpin organisasi bernama Jogjakarta Development Economic Committee (Jogja dec) di tahun 2016.

Keraton Agung Sejagat, Kerajaan Kaleng-kaleng yang Sesat Sejarah

Gelar Ritual di Godean, Totok CS Berdalih Syuting Film Kolosal

Di sana mereka merekrut anggota dan menarik biaya Rp 50 ribu. Anggotanya dijanjikan gaji sebesar 100-200 dolar per bulan yang dananya bersumber di bank swiss.

Setelah Jogja DEC tenggelam, Totok mendirikan koperasi tersebut.

"Ternyata beberapa anggota Jogja DEC juga menjadi anggota dari koperasi itu. Kami mintai keterangan, mereka berikan arsip tapi setelah cek ternyata tidak resmi," ungkapnya.

Selain itu di tahun 2018, Totok juga sempat meminta izin ke pemerintah desa untuk menggelar sosialisasi  Laskar Merah Putih.

Rencana itu pun ditolak oleh desa. Alasan desa menolak tetap sama, bahwa laskar itu masih berkaitan dengan Jogja DEC, sehingga kesan negatiflah yang tersampaikan dengan berdirinya laskar itu.

Menurutnya, Totok adalah orang yang koorperatif. Setiap dipanggil dan dimintai keterangan ia selalu datang dan memberikan jawaban.

"Sampai kami tanya, kenapa beralih dari koperasi ke laskar Merah Putih, mereka juga punya alasan sendiri. Alasannya mereka jadi pengurus sudah lama dan akan meneruskan ini. Kami tolak karena kami tidak mau ada markas di situ," ungkapnya.

"Mereka kemudian memindahkan lokasi sosialisasi ke desa lain tapi ternyata di sana juga ditolak. Setelah ditolak semua, mereka mencoba mencari celah dengan membuka angkringan," bebernya.

Adi mengatakan bahwa pihak desa berkewajiban memantau siapapun yang akan mendirikan kegiatan usaha di sana.

Maka pemerintah desa terbuka ketika Totok beralasan akan membangun angkringan.

BREAKING NEWS : Pasca-Ditangkap, Kontrakan Totok Santoso di Godean Digeledah

Alih-alih mendirikan angkringan lokasi tersebut malah digunakan untuk pertemuan dan ritual mereka. 

Bahkan pihak desa sempat mengirimkan seseorang ke sana untuk berpura-pura menjadi pembeli, namun sesampainya di sana tetap ditolak dengan alasan angkringan itu belum siap.

"Jadi selama ini mereka bertahan lama di situ dengan kedok angkringan. Kami juga kecolongan pada saat mereka melakukan kegiatan ritual sekitar bulan Oktober- November," ungkapnya.

Sebelum kasus ini viral, pihak desa juga curiga karena ada laporan warga yang mengatakan ada ritual di angkringan yang dikelola Totok.

Karena merasa curiga dengan aktivitas ritual tersebut, pemerintah desa mengajak Bhabinkamtibmas dan Babinsa untuk melakukan pemeriksaan di angkringan tersebut.

"Mereka beralasan shoting film kolosal di angkringan dengan unsur-unsur kerajaan. Mereka ini pandai berkata-kata , pada saat itu trennya youtuber jadi mereka ingin jadi youtuber. Di sana memang banyak kamera," terangnya. (Tribunjogja/Santo Ari)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved