Gunungkidul

Hewan Ternak Mati Mendadak Terjadi di Ponjong dan Semanu Gunungkidul

Sebanyak 75 persen warganya memiliki hewan ternak untuk itu dirinya berharap kepada pemerintah kabupaten Gunungkidul untuk melakukan sosialisasi dan j

Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Ari Nugroho
Dok Perangkat Desa Ngeposari
Puskeswan saat mengubur sapi milik warga, Desa Ngeposari 

Laporan Reporter Tribunjogja WIsang Seto Pangaribowo

TRIBUNJOGJA.COM,GUNUNGKIDUL - Hewan ternak berjenis sapi di Dusun Gunungkrambil, Desa Sidorejo, Kecamatan Ponjong tiba tiba mati mendadak.

Saat ini sudah ada dua hewan ternak yang mati mendadak.

Satu ekor pada 3 Januari lalu, dan satu lagi pada 13 Januarilalu.

Kepala Dusun Gunungkrambil, Fitri Cahyanto menuturkan setelah dua hari lalu ada sapi milik warganya yang mati mendadak pihaknya langsung melaporkan kepada pihak terkait.

Fakultas Peternakan UGM Kembangkan Sapi Gagah dan Macho, Silangan Tiga Jenis Sapi

"Sapi mati pada tanggal 3 lalu hasil lab negatif antraks sedangkan yang dua hari lalu mati sudah sakit sekitar dua hari lalu setelah sapi mati lalu diambil sampel darah oleh puskeswan lalu langsung dikubur," ujarnya saat dihubungi Tribunjogja, Selasa (14/1/2019).

Ia mengatakan jarak Dusun Gunungkrambil dengan Desa Gombang yang terdapat suspect anthraks kurang lebih 2 hingga 3 kilometer.

Ia mengungkapkan, warganya tidak ada yang kontak langsung dengan sapi mati di Dusun Gombang.

"Jarak antara sapi mati yang pertama dan yang kedua itu 2 minggu, lalu kedua sapi juga tidak terlalu jauh kandangnya lokasi kandang sapi mati pertama dengan yang kedua sejauh 200 meter," ungkapnya.

Menurutnya, pada siang ini pukul 12.30 akan dilakukan sosialisasi dari Puskeswan maupun Puskesmas Ponjong 1.

"Kami komunikasi dengan dokter hewan kemarin menurut mereka vaksinasi dilakukan jika sudah ada yang terjangkit anthraks berhubung yang pertama negatif maka vaksinasi tidak dilakukan vaksinasi tetapi penyemprotan dengan desinfektan kandang sapi mati tetap dilakukan," katanya.

Satu dari 12 Suspect Anthraks di Gunungkidul Meninggal Dunia

Sebanyak 75 persen warganya memiliki hewan ternak untuk itu dirinya berharap kepada pemerintah kabupaten Gunungkidul untuk melakukan sosialisasi dan juga penanggulangan terhadap penyakit hewan anthraks.

"Apakah mungkin jika ada hewan ternak yang mati masyarakat mendapat santunan, karena jika hewan ternak mati yang harganya belasan juta ini warga hanya bisa gigit jari. Setidaknya ada perhatian khusus bagi masyarakat semoga ini sapi terakhir yang mati," ujarnya.

Sementara itu Kepala Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu Ciptadi mengatakan pada dua pekan terakhir ada 4 ekor sapi yang mengalami mati mendadak.

Dua ekor di Dusun Semuluh Kidul, 1 ekor di Dusun Kangkung B, satu ekor di Dusun Wediutah.

"Lokasi ke 4 hewan ternak tersebut memang berjauhan setelah mati mendadak warga lalu melaporkan ke puskeswan dan langsung ditangani dengan sangat hati-hati. Jadi setelah ditangani oleh puskeswan sapi-sapi yang mati langsung dikubur," katanya.

Pengikut Sinuhun Totok Santoso di Kerajaan Agung Sejagat Banyak dari Yogyakarta

Ia mengatakan banyak dari warganya memiliki hewan ternak.

"Rata-rata setiap Kepala Keluarga (KK) itu punya ternak," imbuhnya.

Ciptadi mendapatkan informasi bahwa hasil sampel yang sudah diambil untuk dilakukan pengecekan di laboratorium sudah keluar.

"Alhamdulillah hasilnya yang di Semuluh negatif anthraks," pungkasnya.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved