Bisnis
Warga Yogyakarta Meraup Rupiah dari Kerajinan Decoupage
Decoupage merupakan seni gabungan antara memotong atau menggunting bahan yang biasanya kertas dan kemudian menempel ke sebuah media produk.
Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM – Nur Diana Hidayati sudah sejak tiga tahun terakhir menekuni usaha produksi kerajinan dengan teknik decoupage.
Decoupage merupakan kata yang berasal dari bahasa Prancis yakni découper atau berarti memotong.
Secara singkat produk kerajinan tersebut merupakan seni gabungan antara memotong atau menggunting bahan yang biasanya kertas dan kemudian menempel ke sebuah media produk.
Berawal sejak 2016 lalu, Dian mengaku hanya memulai usaha dengan modal Rp 500 ribu untuk membeli peralatan dan bahan kebutuhan lainnya.
Waktu itu, kerajinan dengan model decoupage memang tangah marak-maraknya di Yogyakarta.
• Mengintip Peluang Bisnis dari Kerajinan Berbahan Clay Tepung
Maka, tak butuh waktu lama baginya untuk mengembangkan usaha.
Produknya kian laris ditambah dengan berbagai inovasi lainnya.
Kini ia telah memproduksi berbagai barang dengan teknik tersebut.
Pengerjaannya memang kelihatan gampang, hanya menggunting kertas yang sudah bermotif dan kemudian menempelkannya.
Namun kata Dian, perlu ketelatenan dan kesabaran untuk bisa menghasilkan produk yang bagus hingga terlihat elok.
Awal memulai usaha dulu, ia mempelajari teknik tersebut dari video di sosial media.
• Tutorial Super Mudah Menghilangkan Kantong Mata
Lama-kelamaan ketelatenannya terasah.
“Saya dulu memulai dengan produk kerajinan tas berbahan pandan sebagai medianya,” kata Dian saat ditemui di kediamannya, Jalan Ki Mangunsarkoro No.36, Pakualaman pada Selasa (17/9/2019).
Proses pembuatan dimulai dengan menggunting kertas yang telah bermotifkan berbagai macam model dengan mengikuti motifnya.
Kertas yang telah digunting kemudian diolesi dengan lem khusus deco pada bagian bawah, baru kemudian ditempel di produk kerajinan.
Setelah itu, bagian atas motif tersebut kembali diolesi dengan lem dan juga pernis.
Baru kemudian dikeringkan beberapa saat.
• Mendulang Omset Ratusan Juta Rupiah dari Limbah Plastik PVC
Kegunaan pernis agar kertas yang tertempel tidak luntur ataupun rusak ketika terkena air.
Dian kini mengaplikasikan teknik tersebut pada berbagai macam produk dengan bahan yang beragam.
Ada tas, dompet, kipas, dan lain sebagainya yang dibuat dari bahan seperti bambu, pandan, dan juga rotan ataupun dari daun lontar.
Produk-produknya dijual dengan merek Decodian yang dipasarkan di berbagai media sosial dan juga lokapasar.
“Seminggu kadang saya bisa produksi sampai 10 produk. Karena memang untuk stok saja dan di tampilkan di medsos. Kalau ada yang pesan banyak baru dikerjakan,” tambahnya.
Untuk rentang harga, produknya dibanderol mulai dari kisaran Rp50 ribu hingga Rp550 ribu per biji.
Dian juga kerap menerima pesanan motif sesuai dengan keinginan konsumen, untuk yang satu ini lama pengerjaan tergantung ketersediaan motif dan tingkat kerumitannya.
• Kisah Penjual Mainan Tradisional asal Wonosari, Rela Tidur di Masjid demi Rupiah
Omzetnya bisa mencapai hingga di atas Rp2 juta perbulan.
Dian menyebut, menjalani usaha kerajinan decopauge kian lama kian tertantang untuk terus menerus menghadirkan inovasi kepada para konsumen.
Pasalnya, semakin banyak pelaku usaha serupa yang mulai bermunculan dan berani memberi harga jauh dibawah standar pasar.
Untuk itu, perlu memberikan sesuatu yang berbeda kepada para konsumen agar produk tetap dilirik.
“Dalam waktu dekat saya ingin mencoba inovasi produk dengan mengusung teknik sospeso. Jadi nanti motifnya itu timbul dan transparan sehingga hasilnya lebih bagus,” kata dia. (TRIBUNJOGJA.COM)