Yogyakarta

Kisah Penjual Mainan Tradisional asal Wonosari, Rela Tidur di Masjid demi Rupiah

Berbagai barang kerajinan dari bambu khsususnya permainan tradisional berupa gasing, otok-otok dan peluit bambu nampak tertata manis diatas keranjang

Penulis: Andreas Desca | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Andreas Desca Budi Gunawan
Bermodalkan dua keranjang kayu yang cukup besar dan sebilah batang bambu, Purwo Suyatno (65) selalu menyusuri sudut-sudut di sekitar jalan solo demi menjajakan barang dagangannya. Berbagai barang kerajinan dari bambu khsususnya permainan tradisional berupa gasing, otok-otok dan peluit bambu nampak tertata manis diatas keranjang andalannya. 

Laporan reporter Tribunjogja.com, Andreas Desca Budi Gunawan

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Panas terik matahari dan hiruk pikuk kendaraan di Kota Yogyakarta tak membuat semangat seorang pedagang mainan asal Semin, Wonosari menjadi kendor.

Bermodalkan dua keranjang kayu yang cukup besar dan sebilah batang bambu, Purwo Suyatno (65) selalu menyusuri sudut-sudut di sekitar jalan solo demi menjajakan barang dagangannya.

Berbagai barang kerajinan dari bambu khususnya permainan tradisional berupa gasing, otok-otok dan peluit bambu nampak tertata manis diatas keranjang andalannya.

Ditemui Tribunjogja.com, pria paruh baya yang lebih akrab disapa Suyatno ini mengakui bahwa dirinya merupakan warga asli Wonosari, Gunungkidul.

Di Balik Lagu Cidro, Ada Kisah Cinta Pertama Didi Kempot Saat Masih jadi Seorang Pengamen

"Saya aslinya Wonosari, Semin tepatnya. Kesini cuma mau jualan, yang penting halal hasilnya," tuturnya.

Untuk tempat tinggal selama berjualan di Kota Yogyakarta, Suyatno tidak ambil pusing.

"Saya selama ini tidur di Masjid. Di Masjid Gondolayu belakang situ," ujarnya.

Pria yang sudah berjualan selama empat tahun ini mengakui bahwa niatnya berjualan ini karena di daerahnya banyak pengrajin mainan tradisional dari bambu ini.

"Dirumah banyak pengrajin, jadi saya coba untuk berjualan. Sebenarnya ada beberapa teman yang ikut berjualan, mereka biasanya bawa sepeda onthel. Kalo saya cuma pikulan seperti ini," jelasnya sambil menunjukan kayu yang digunakan untuk memikul barang dagangannya.

"Dulu pernah bekerja jadi buruh dan petani, tapi karena semakin susah dan badan sudah tidak seprima saat muda dulu, lebih baik sekarang berjualan. Walaupun memang harus jauh dari keluarga tapi yang namanya mencari nafkah untuk hidup, mau tidak mau harus dijalani," imbuhnya.

Kisah Penagih Hutang yang Kesal Tak Segera Dilunasi, Nekad Kirimkan Karangan Bunga ke Pernikahan

Pria yang selalu murah senyum ketika ditanyai ini memaparkan bahwa barang-barang yang dia tawarkan, harganya sangat terjangkau.

"Saya berjualan memang mencari keuntungan, namun harganya tidak asal mahal. Ini contohnya gasing ini saya jual mulai Rp10-Rp15 ribu, Otok-otoknya Rp10 ribu, pelulit dan seruling Rp10-Rp20 ribu," jelasnya.

Saat dimintai keterangan oleh tribunjogja.com, Suyatno mengakui bahwa penghasilan yang didapatkannya akhir-akhir ini tidak menentu.

"Pendapatannya tidak menentu, kadang malah tidak ada penghasilan sama sekali dalam sehari. Tapi syukurlah warga Yogya masih banyak yang baik hati, masih mau membeli barang yang saya tawarkan," imbuhnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved