TRIBUN WIKI
TRIBUN WIKI : Menelisik Sejarah dan Filosofi yang Ada di Alun-Alun Utara Yogyakarta
Mengenal sejarah, filosofi dan fungsi Alun-Alun Utara Kraton Yogyakarta Hadiningrat
Penulis: Wahyu Setiawan Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
Beserta dua beringin di tengah, total terdapat 64 pohon beringin.
Jumlah ini menggambarkan usia Nabi Muhammad SAW ketika beliau meninggal dalam perhitungan Jawa.
Filosofi
Alun-Alun yang membentang di muka Keraton Yogyakarta, bukanlah semata ruang terbuka untuk menampung segala akitivitas khas warga kota seperti yang terlihat saat ini.
Kehadiran Alun-Alun ini memenuhi berbagai fungsi dan peran keraton sebagai pusat pemerintahan.
Ruang terbuka luas ini menjadi perangkai berbagai elemen kawasan di sekitarnya, baik secara tata ruang maupun secara sosial.
Misalnya antara keraton dan Masjid Gedhe, atau antara Sultan dan rakyatnya.
Terkait dua buah beringin kurung yang berlokasi di tengah, kedua beringin itu bernama Kiai Dewadaru dan Kiai Janadaru (yang sekarang bernama Kiai Wijayadaru).
Menurut Serat Salokapatra, benih Kiai Janadaru berasal dari Keraton Pajajaran, sementara Kiai Dewadaru benihnya berasal dari Keraton Majapahit.

Kiai Dewadaru berasal dari kata dewa yang berarti Tuhan dan ndaru yang berarti wahyu.
Pohon ini berada di sebelah barat dari garis sumbu filosofis.
Bersama-sama dengan Masjid Gedhe yang juga berada di sebelah barat garis sumbu filosofis, pohon ini memberi gambaran hubungan manusia dengan Tuhannya.
Penempatan ini adalah wujud bagaimana Sri Sultan Hamengku Buwono I menggambarkan konsep Islam habluminallah.
Sementara Kiai Janadaru yang bermakna lugas pohon manusia, bersama dengan Pasar Beringharjo, berada di sisi timur dari sumbu filosofis.
Hal ini melambangkan hubungan manusia dengan manusia, sebuah konsep Islam hablumminannas.