Kota Yogya
Masalah Keluarga Picu Kekerasan pada Perempuan
Pada tahun ini, hingga pada triwulan III 2019 ada sebanyak 156 kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi.
Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Kota Yogya mengklaim angka kekerasan terhadap perempuan di wilayah setempat cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
DPMPPA mencatat, sepanjang tahun 2015 ada sebanyak 626 kasus kekerasan di masyarakat, kemudian di 2016 ada 454 kasus, 2017 dengan 256 kasus, serta pada 2018 sebanyak 193 kasus.
Sementara pada tahun ini, hingga pada triwulan III 2019 ada sebanyak 156 kasus kekerasan yang terjadi.
"Meski menunjukkan tren yang menurun, kita harus tetap mawas diri dan berusaha untuk menekan angka itu dari tahun ke tahun," kata Kepala DPMPPA Kota Yogya, Edy Muhammad pada Peringatan Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Selasa (3/12/2019).
• Kesadaran Melapor Kekerasan Perempuan Anak Meningkat
Edy menjelaskan, faktor kekerasan itu cenderung dipicu oleh masalah keluarga.
Tak pelak, korban yang menjadi fokus kekerasan bisa mengarah pada anak ataupun perempuan.
Untuk mencegah hal itu terjadi, pihaknya membuka layanan Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) yang akan berfungsi untuk memberikan konsultasi kepada para korban.
"Ini merupakan bagian dari sisi pencegahan. Kalau terjadi permasalahan bisa lewat Puspaga langsung atau melalui puskesmas karena sudah tersedia psikolog," jelasnya.
Saat ini, pihaknya membuka layanan hingga dua kali dalam seminggu dan akan diampu oleh para psikolog dari DPMPPA maupun anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Saat ini, pihaknya baru melayani konsultasi secara langsung.
Ke depan, akan dikembangkan lagi ke arah layanan lain, semisal komunikasi lewat telpon dan sebagainya.
• Benarkah Polusi Udara Merusak Mata?
Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, pemerintah tidak akan abai terhadap kasus kekerasan yang terjadi di rumah tangga atau melibatkan keluarga.
Secara intensif ia mengklaim, pihaknya juga punya jaringan relawan yang cukup efektif hingga ke tingkat bawah untuk memperoleh informasi tentang kekerasan.
"Harapan kami dari laporan yang ada merupakan benar-benar dari masyarakat dan bukan yang hanya tampak di permukaan, sehingga kita bisa melakukan penyelesaian," ucap Heroe.
Dia mengatakan, upaya untuk mencegah memang dimulai dari kesadaran.
Selain itu, lewat berbagai layanan dan juga forum-forum lain, diharapkan bisa menekan angka kasus kekerasan. (TRIBUNJOGJA.COM)