Gunungkidul
Penderita HIV di Gunungkidul Meningkat
Pada tahun 2017 tercatat ada sebanyak 36 penderita, lalu pada tahun 2018 meningkat menjadi 48 menderita.
Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribunjogja.com, Wisang Seto Pangaribowo
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Gunungkidul semakin meningkat tiap tahunnya.
Pada tahun 2017 tercatat ada sebanyak 36 penderita, lalu pada tahun 2018 meningkat menjadi 48 menderita.
Jika diakumulasikan dari tahun 2006 hingga 2019 ada sebanyak 419 kasus.
Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana (PKBI) Gunungkidul, Tri Wahyu Ariningsih mengatakan, pada peringatan hari HIV sedunia pada 1 Desember pihaknya menggelar aksi sosial yang bertempat di Wonosari.
• Mahasiswa UGM Ciptakan Modul Terapi Pengobatan Penderita HIV dan AIDS
"Pada peringatan hari HIV ini dilaksanakan pemeriksaan layanan kesehatan meliputi tensi, gula darah, asam urat, kolesterol, skiring stunting. Selain itu kegiatannya kami juga melakukan orasi edukasi HIV," katanya.
Kegiatan tersebut dilakukan oleh 300 siswa gabungan dari Youth Forum Gunungkidul, SMA 2 Wonosari, SMK 2 Wonosari dan SMK Kesehatan.
"Selama ini kami memberikan pendampingan kepada masyarakat yang terkena HIV/AID seperti memberikan semangat dan mengurangi stigma diskriminasi dari masyarakat sekitar," pungkasnya.
Di lain pihak, Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul, Priyanta Madya Satmaka mengatakan, pihaknya telah melakukan beberapa cara untuk menekan penyebaran virus HIV di Gunungkidul, satu diantaranya adalah dengan memberikan layanan tes HIV secara gratis.
"Targetnya sendiri bisa menjaring sebanyak-banyaknya untuk mendeteksi HIV, kemudian memastikan mereka mendapatkan perawatan yang benar," katanya, Minggu (1/12/2019).
• UNBOXING KULINER: Snack Hits Super Ekonomis di Jogja
Ia mengatakan pihaknya pada tahun 2019 menaikkan anggaran untuk penanggulangan penyakit menular.
Pada tahun ini anggaran meningkat menjadi Rp 2,7 milliar, sedangkan pada tahun lalu anggaran penanggulangan penyakit menular sejumlah Rp 1,8 milliar.
"Sumber pendanaan melalui satu pintu dengan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), yang masuk anggaran penyakit menular seperti TBC, diare, kusta, dan HIV/AIDS," katanya.
Ia menghimbau kepada masyarakat agar melakukan pemeriksaan melalui VCT (Voluntary, Counselling and Testing) untuk memastikan terkena HIV atau tidak.
Jika terdeteksi sejak dini bisa ditanggulangi dengan menekan penyebaran virus.
"Penyebab seseorang terkena HIV beragam tetapi rata-rata adalah dari berhubungan intim ,berdasarkan data, jika dilihat dari usia kebanyakan masih usia produktif. Ketika merantau berganti-ganti pasangan kemudian pada saat pulang kampung sudah terkena virus dan menular,” ungkapnya. (TRIBUNJOGJA.COM)
