Kisah Desa Bahasa Borobudur Magelang Sukses Didatangi Ribuan Warga Lokal dan Mancanegara
Desa Bahasa Borobudur ada di pelosok desa di Parakan, Ngargogondo, Borobudur Magelang.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Iwan Al Khasni
Ia pun menyerahkan kepada pihak desa dan dusun, soal lokasi dan hal lain, tetapi pihak desa ataupun dusun tidak dapat melanjutkan.
• Cinta Terlarang Penjual Martabak yang Terlalu Lengket Berakhir Dipenjara, Si Pria Sebar Video Syur
Ia pun meneruskan Padepokan Bahasa ini sendiri. Hani sendiri yang mendatangi rumah per rumah, dusun per dusun, untuk membujuk anak-anak, orang tua, belajar bahasa Inggris.
Awalnya, banyak penolakan, tetapi lama kelamaan warga tertarik belajar bahasa Inggris, terutama orang-orang yang sudah berusia tua ini.
"Dulu, pertama itu belajar selama tiga kali pertemuan. Ada sekitar 100 orang, beberapa kampung di Desa Ngargogondo, sehingga ramai. Hari pertama berjalan dengan menyenangkan. Hari kedua ternyata para orang-orang tua ini ingin ditambah lagi. Bapak-bapak ternyata senang belajar, karena menyenangkan dan menghibur diri. Akhirnya makin banyak dan banyak, sampai anak-anak muda juga ikut karena malu, orangtuanya belajar, kok anaknya tidak," tutur Hani.
Menjalankan padepokan bahasa sendiri membuat Hani merasa berat. Pasalnya, pekerjaannya betul-betul mandiri dan gratis.
Ia juga terpaksa berhutang untuk peresmiannya dulu oleh Menteri Pendidikan, Bambang Sudibyo, sebesar Rp 8 Juta.
Sementara itu, ia juga harus menyempatkan waktu dan mencari nafkah untuk keluarganya.
Ia pun terpaksa menutup desa bahasa pada tahun 2007 dan berkonsentrasi pada bisnis. Selama lima tahun mati suri, pada tahun 2012, Hani tergugah untuk membangun lagi Desa Bahasa.

Desa Bahasa Borobudur pun dibuka kembali pada 4 Oktober 2012 dengan konsep yang baru.
"Akhirnya tahun 2012, saya bangunkan lagi Desa Bahasa. Setelah lima tahun tak ada kegiatan, kami kembali lagi, tetapi tak seperti dulu. Kalau dulu hanya untuk gratis saja, kini Desa Bahasa dikelola secara profesional. Ada karyawan dan lainnya.Meski demikian, sosial tetaplah sosial, bisnis tetaplah bisnis. Untuk warga Ngargogondo tetap gratis untuk pendidikannya, tetapi buku bayar. Untuk wisata edukasi di sini juga gratis bagi warga sini. Ada tujuh dusun, gratis semua, syaratnya tunjukkan KTP saja," ujarnya.
Desa Bahasa Borobudur pun semakin berkembang dari tahun ke tahun. Banyak masyarakat datang, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, untuk belajar bahasa Inggris dan bahasa lain di sini. Selain belajar, mereka juga dapat berwisata. Fasilitas pun diperlengkap. Desa Bahasa kini memiliki homestay sendiri, disamping memanfaatkan homestay dari rumah-rumah warga setempat.
"Kami juga memanfaatkan home stay di rumah warga. Biar kita bisa meningkatkan ekonomi masyarakat. Berbagi dengan lingkungan. Kalau dihitung di Parakan, Ngargogondo, ada 49 kamar. Kami juga mengajak ibu-ibu PKK di sini memasak makanan bagi para tamu. Jadi ada manfaat yang diberikan kepada warga sekitar," tutur Hani.
Konsep bangunan di Desa Bahasa dibangun secara open space, dimana tidak ada sekat pada tempat pembelajaran. Semua sudut untuk tempat belajar. Melalui konsep itu, Hani ingin menghilangkan rasa jenuh, takut, tidak suka, stres, ataupun galau yang kerap dialami oleh masyarakat saat belajar bahasa Inggris.
"Mereka tidak bisa menemukan whiteboard atau blackboard, kecuali di kantor yang hanya untuk papan pengumuman. Kalau untuk belajar tidak ada. Semua sudut untuk belajar, karena kita bicara aktif. Saatnya belajar bahasa ingris itu aktif. Inovasi dan kreatifitas untuk lebih menyenangkan itu lah yang kita tonjolkan. Belajar kok di gedung atau di kursi. Butuh waktu lama lagi. Sekarang itu, bukan jamannya lagi," katanya.
Hani pun sudah menciptakan 140 metodologi untuk belajar bahasa Inggris di Desa Bahasa. Metode pembelajaran bahasa Inggris dilakukan secara mudah dan menyenangkan.