Yogyakarta
Pameran Sekaten sebagai Ruang Untuk Mengenal Sri Sultan Hamengku Buwono I
Titik keramaian Sekaten kali ini hanya di Bangsal Pagelaran tempat diadakannya pentas tari dan Kompleks Sitihinggil tempat diadakan Pameran Sekaten.
Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Ari Nugroho
Karena bagi Tri, esensi Sekaten adalah menjaga ruh warisan budaya Keraton Yogyakarta. Tentang konsep di dalamnya, Tri menyerahkan penuh kepada pihak Keraton.
• Pasar Malam Sekaten Digelar 2 Tahun Sekali
“Semakin banyak pelaku seni yang dilibatkan misalnya lewat kolaborasi dan semakin lama waktu pelaksanaan Sekaten tentu akan semakin baik untuk para pelaku seni ikut merayakan momen ini. Konsep Sekaten tahun ini menjadikan warna baru dan saya setuju untuk diperluas lagi pelaku seni yang dilibatkan,” kata Tri.
Sementara dalam Pameran Sekaten, Sri Sultan Hamengku Buwono I mendapat ruang dominan sesuai tema yang diambil, yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono I : Menghadang Gelombang, Menantang Zaman. Berbagai benda sejarah, mulai dari biografi, karya dan Babad Ngayogyakarta dipajang dengan rapih.
Juga tandu Kanjeng Kyai Tandhu Lawak yang dipergunakan mengantar Sri Sultan Hamengku Buwono X menuju Kagungan Dalem Masjid Gede melaksanakan Salat Jumat.
“Dalam Sekaten kali ini kami memang banyak memberitakan tentang Sri Sultan Hamengku Buwono I,” kata GKR Bendara, Wakil Ketua Panitia Pameran Sekaten.
Respons positif ditunjukkan oleh para pengunjung dengan konsep baru Sekaten kali ini. Setidaknya ini yang terlihat, karena cukup banyak orang datang ke Pameran Sekaten.
Juga kertas berisi pesan dan kesan yang banyak diisi pengunjung. Mereka, mengapresiasi gelaran Sekaten kali ini dengan konsep berbeda.
“Kaget waktu dengar berita tidak ada lagi pasar malam di Sekaten. Tapi pameran ini cukup menjadikan Sekaten tahun ini berkesan bagi saya. Karena menambah pengetahuan tentang sejarang Keraton Yogyakarta dan karya-karyanya yang menurut saya sangat berharga,” kata Eni Wahyuni, salah satu pengunjung Sekaten. (TRIBUNJOGJA.COM)