Jawa
Hujan Sudah Turun di Magelang, Kekeringan Masih Terjadi
Hujan sudah mengguyur di Kabupaten Magelang, tetapi kekeringan dan kesulitan air bersih masih terjadi di sejumlah wilayah.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Hujan sudah mengguyur di Kabupaten Magelang, tetapi kekeringan dan kesulitan air bersih masih terjadi di sejumlah wilayah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang masih melakukan dropping air bersih kepada wilayah yang kesulitan air bersih.
"Dropping air masih berlanjut, karena memang sumber mata air belum terisi. Hujan yang turun belum sampai mengisi sumber mata air dan hanya di permukaan, atau bisa jadi dapat menguap lagi. Kami pun masih dropping air bersih," ujar Edy Susanto, Kepala BPBD Kabupaten Magelang, Rabu (6/11/2019).
• Jelang Musim Penghujan, Program Padat Karya Disnakertrans Bantul Dahulukan Pembangunan Talud
Edy mengatakan, hujan yang turun belum dapat mengisi sumber mata air.
Kalaupun terisi, seringkali airnya keruh karena ada material tanah yang ikut masuk, sehingga dengan alasan kesehatan tidak dapat dikonsumsi.
Oleh karena itu dropping air bersih pun masih terus berjalan.
Belum ada desa yang memutus permintaan air ini. Berdasarkan data BPBD, ada 17 desa di enam kecamatan yang masih kesulitan air bersih sehingga perlu dilakukan dropping.
"Wilayah terdampak kekeringan masih menbutuhkan air bersih. Namun, seiring dropping, kalau dilihat sudah tercukupi kebutuhan airnya, akan dilihat lagi nanti. Dropping ini sendiri tergantung jumlah penduduk. Bisa seminggu dua kali atau lebih. Satu kali atau satu tangki itu berkapasitas 5.000 liter Jadwal dropping juga selalu berubah menyesuaikan permintaan masyarakat. Sebisa mungkin masih dilayani," katanya.
• BPBD DIY Sebut Embung Bisa Jadi Solusi Atasi Kekeringan di Lahan Pertanian
Lanjut Edy, sampai saat ini sudah lebih dari 1,5 juta liter yang sudah didistribusikan ke wilayah terdampak kekeringan.
Saat ini sendiri, kuota untuk dropping air bersih dari BPBD kurang lebih 150-200 tangki.
Jikalau dirasa kurang, dan kuota dropping air habis, akan diambilkan dari Belanja Tak Terduga.
Ia mengatakan, selama lima bulan musim kemarau pada tahun ini lebih banyak berdampak dibanding tahun sebelumnya.
Sekarang ini ada 17 desa terdampak, sementara pada kemarau sebelumnya hanya delapan sampai 10 desa yang kesulitan air bersih.
Faktornya pun banyak, dari cuaca sampai ada kemungkinan sumber mata air mengecil.
"Kemarau kali ini memang lebih terasa, dilihat dari banyak desa yang kesulitan air bersih. Ada 17 desa. Sementara dulu hanya 8-10 desa. Prediksi kemarau panjang ini mungkin dari BMKG, November sudah mulai hujan," ujarnya.
• Tiga Desa di Magelang Diluncurkan Jadi Desa Pengawasan Pemilu
BPBD sendiri telah menyiapkan 600 tangki air untuk mengantisipasi bencana kekeringan yang terjadi tahun 2019 ini.
Setiap tangki berisi 5.000 liter air yang akan didistribusikan atau didropping ke wilayah-wilayah yang dilanda kekeringan.
Wilayah kecamatan yang masih kesulitan air bersih adalah Kecamatan Salaman, Borobudur dan Tempuran.
Tiga kecamatan tersebut setiap tahun pada musim kemarau selalu dilanda kekeringan.
Sasaran dropping air bersih sendiri terdapat enam kecamatan. Enam kecamatan terdiri dari kecamatan Grabag, Tegalrejo, Borobudur, Salaman, Tempuran dan Bandongan.
Seperti di Kecamatan Grabag, Desa Ketawang, Banaran. Kecamatan Tegalrejo, Desa Sidorejo. Kecamatan Borobudur, Desa Kenalan, Giritengah, Kembanglimus, Wringinputih, dan Candirejo. Kecamatan Salaman, Desa Sumberarum. Kecamatan Salaman, Desa Margoyoso dan Ngargoretno. Kecamatan Bandongan di Desa Bandongan.(TRIBUNJOGJA.COM)