Pendidikan

Pelajar Antusias Berpartisipasi dalam Festival Dolanan Tradisional SMA Bopkri 2 Yogyakarta

Lewat festival ini, penyelenggara ingin menjaga permainan tradisional tersebut agar tidak punah dan nilai-nilai luhur di dalamnya.

Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Susilo Wahid
Para pelajar antusias berpartisipasi dalam Festival Dolanan Tradisional lewat berbagai permainan tradisional di SMA Bopkri 2 Yogyakarta, Sabtu (2/11/2019). 

TRIBUNJOGJA.COM - Ratusan orang, mulai anak-anak usia SD, SMP, SMA hingga paruh baya tumpah ruah memenuhi halaman sekolah di SMA Bopkri 2 Yogyakarta, Sabtu (2/11/2019) pagi.

Ada yang bermain egrang, kelereng, bekel, dakon, gansing dan bakiak.

Suara riuh juga nyaring terdengar dari kerumunan ini.

Tak jarang teriakan dan tertawa bocah terdengar dari berbagai arah, juga suara tepuk tangan.

Bukan sedang ada lomba tujuhbelasan, di SMA Bopkri 2 Yogyakarta pagi itu sedang ada acara Festival Dolanan Tradisional yang sengaja digelar oleh pihak sekolah.

Tutorial Tampil Kece dengan Makeup Sachet yang Praktis dan Terjangkau

Pesertanya, adalah pelajar dari daerah Yogyakarta dan sekitarnya dan juga umum.

Mereka, nampak berbaur satu sama lain, bertanding demi menjadi yang terbaik dan menjadi pemenang.

Satu di antaranya Denis Meitalia, siswa kelas 6 SD Sendangsari, Pajangan, Bantul yang hari itu ikut dalam lomba permainan tradisional.

Bangun sedari pagi buta karena harus sudah berkumpul di sekolah pukul 06.00, Denis mengaku tidak ada rasa malas demi bisa berpartisipasi.

Juga ketika ia bersama teman-temannya menempuh perjalanan cukup jauh sampai ke lokasi.

“Soalnya seneng jadinya semangat dan tidak mengeluh. Waktu guru memberikan informasi ada lomba permainan tradisional itu saya langsung mau ikut. Walaupun hari ini (kemarin) saya tidak menang tapi tidak apa-apa. Yang paling penting saya busa bermain bersama teman-teman dan juga bertemu teman-teman baru,” kata Denis.

Ratusan Peserta Meriahkan Festival Dolanan Tradisional di SMA Bopkri 2 Yogyakarta

Lejaryono, adalah seorang guru di sekolah Denis yang mendapat tugas mendampingi siswa ikut berpartisipasi dalam lompa permainan trandisional di SMA Bopkri 2 Yogyakarta hari itu.

Pria yang akrab dipanggil dengan nama Lejar ini mengatakan bahwa ada 30 muridnya di SD Sendangsari, Pajangan Bantul ambil bagian dalam lomba kali ini.

“Tadinya banyak sekali murid yang mau ikut dalam kegiatan ini. Mereka semua tertarik untuk ambil bagian. Tapi karena keterbatasan biaya akomodasi dan menjaga aktifitas kegiatan belajar di sekolah akhirnya diseleksi dan dipilih 30 murid saja. Alhamdulillah ada tadi yang juara satu dan juara tiga untuk permainan bekelan,” kata Lejar bangga.

Menurut Lejar, hadiah dan gelar juara bukan jadi target utama.

Pihak sekolah memberangkatkan siswa dalam kegiatan ini demi memberi kegiatan positif di luar kelas.

Pekan Olahraga Tradisional 2019 Bergulir di Bantul

Terlebih, siswa-siswa tersebut juga biasa dilatih Lejar bermain permainan tradisional di “sanggar alam” sederhana yang ia kelola bernama Megatsari di Dusun Mangir, Sendangsari, Pajangan, Bantul.

“Di sanggar yang sederhana ini saya dan anak-anak biasa bermain permainan tradisional. Juga olah pangan dengan bahan dasar umbi. Pokoknya ajak anak-anak ini dekat dengan alam dan memberi ruang untuk mereka dekat dengan dunia tradisi. Kegiatan di SMA Bopkri 2 ini jadi kesempatan siswa untuk menguji kemampuan mereka,” kata Lejar.

Kepala SMA Bopkri 2 Yogyakarta, Sri Sulastri menjelaskan, Festival Dolanan Tradisional digelar atas inisiatif pihak sekolah dan didukung oleh sejumlah lembaga pemerintahan diantaranya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY termasuk juga Dinas Kebudayaan DIY.

Dasar kegiatan, adalah kekhawatiran pihak sekolah atas pergeseran budaya yang begitu pesat.

SMA BOPKRI 2 Akan Gelar Festival Dolanan Tradisional

“Di era serba digital ini kebudayaan mengalami transformasi yang cepat. Permainan tradisional kini semakin digeser oleh gadget. Jika kita tidak segera sadar diri untuk menjaganya maka bisa hilang perlahan. Atau justru diklaim negara lain yang serumpun. Padahal permainan tradisional ini menjadi warisan nenek moyang yang sangat berharga,” kata Sri Sulastri.

Lewat festival ini, Sri ingin menjaga permainan tradisional tersebut agar tidak punah dan nilai-nilai luhur di dalamnya seperti gotong royong, sosial, kompetitif, fairplay dan sportivitas bisa dirasakan oleh para peserta yang didominasi oleh pelajar SD-SMP-SMA.

Sekaligus, memberi ruang siswa untuk belajar dan beraktifitas yang positif di luar sekolah.

“Kami senang karena antusias peserta sangat tinggi. Bahkan kita harus membatasi jumlah pendaftar karena keterbatasan tempat. Kami berencana untuk mengadakan kegiatan serupa secara rutin tiap tahun demi memberikan ruang untuk generasi muda ini menjaga warisan budaya dan mendapat nilai-nilai luhur dalam permainan tradisional,” kata Sri. (TRIBUNJOGJA.COM)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved