4 Fakta Angin Kencang di Wilayah Lereng Merapi, Ratusan Warga Mengungsi hingga Penjelasan BMKG
Kawasan yang diterjang angin kencang berada di kawasan lereng Merapi terutama di kecamatan Pakis, Sawangan, Ngablak dan Kajoran Kabupaten Magelang
Kemudian di Dusun Semampiran ada satu kandang roboh.
Kemudian ada lima rumah yang rusak bagian atap asbes hilang, dan 35 rumah yang rusak.
Tidak ada korban yang terluka pada kejadian ini. Warga mengungsi dibawa dengan kendaraan ke balai desa setempat.
2. Melanda Selo Boyolali

Angin kencang juga melanda Kecamatan Selo Boyolali, Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang dan di lereng sebelah barat-barat daya dan tenggara Merapi.
Angin kencang mengakibatkan debu-debu tebal beterbangan hingga menutupi pandangan mata.
3. Angin kencang bersifat lokal
Kepala Stasiun Klimatiogi Mlati Yogyakarta, Reni Kraningtyas mengatakan angin kencang yang terjadi di kawasan Merapi bersifat sangat lokal.
Sebab selain mengacu kepada konsentrasi wilayah kerusakan, kecepatan anginnya pun berbeda dengan dataran rendah lainnya dimana di lereng Merapi mencapai 80 km/jam (skala fujita) sedangkan pengukuran di Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta 16 km/jam.
"Angin di lereng Merapi berhembus cukup kencang secara lokal, lebih kencang pada malam hari.
4. Dipicu erupsi

Ada dugaan peningkatan aktivitas Merapi juga memicu kejadian bencana lokal angin kencang seperti ini.
"Erupsi yang terjadi pada 14 Oktober dan diikuti guguran lava pada 15 Oktober, menyebabkan suhu permukaan di kawasan puncak Merapi meningkat. Hal itu menyebabkan tekanan udara di wilayah lain cukup rendah," jelas Kepala Stasiun Klimatiogi Mlati Yogyakarta, Reni Kraningtyas, Senin (21/10/2019).
Sementara hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang terjadi pada Minggu (20/10) dipicu oleh anomali aliran angin lembah.
Angin mengalir dari lembah ke gunung yang membawa udara dingin dan lembab, sehingga terjadi kondensasi dan terbentuk awan Cumulonimbus (Cb) di lereng pegunungan.