Kemarau Makin Lama, Awal Musim Hujan di Yogyakarta Diperkirakan Mundur Hingga 2 Dasarian
Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas, mengatakan awal musim hujan di wilayah Yogyakarta bisa mundur 2 dasarian
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Mona Kriesdinar
Awal Musim Hujan Mundur
Kemarau di wilayah Yogyakarta akan dirasakan lebih lama, lantaran awal musim hujan diperkirakan akan mundur selama 20 hari.
Adapun saat ini, wilayah DIY tengah mengalami masa pancaroba atau peralihan musim kemarau menuju musim hujan.
Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas, mengatakan awan mendung yang muncul beberapa hari ini juga menjadi tanda dari pancaroba tersebut.
"Kondisi ini terutama muncul di wilayah Sleman dan Kulonprogo," jelas Reni melalui pesan singkat pada Minggu (13/10/2019).
Mengenai musim hujan, Reni memperkirakan awal kemunculannya akan mundur hingga 2 dasarian.
Kondisi ini diprediksi bakal dirasakan seluruh wilayah DIY secara merata.
2 dasarian berarti menandakan awal musim hujan akan mundur sebanyak 10 hingga 20 hari.
"Sementara puncak musim hujan akan berlangsung pada Januari dan Februari 2020," ujar Reni.
• Nyawa PSK Melayang Tolak Permintaan Pelanggan Tambah Durasi Hubungan Badan
Terkait persiapan menghadapi datangnya musim penghujan, Reni pun mengimbau agar masyarakat waspada terhadap munculnya angin kencang.
Ia pun menyarankan agar warga memangkas ranting dan cabang pepohonan yang dianggap membahayakan jika terjadi hujan disertai angin kencang.
Penyebab suhu panas di Jogja
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi (Staklim) Mlati memberikan penjelasan terkait suhu panas yang terjadi di wilayah DIY sejak sepekan terakhir.
Kepala Staklim Mlati, Reni Kraningtyas menuturkan saat ini wilayah DIY sedang dilanda fenomena Equinox.
Hal itulah yang menyebabkan terjadinya peningkatan suhu udara antara 32 hingga 36 derajat celcius.