Jawa

Kincir Air, Kearifan Lokal Warga Magelang, Aliri Lahan Pertanian Saat Kemarau

Saat musim kemarau tiba, air yang menyusut dapat dialirkan dengan kincir air, ke kolam perikanan, dan lahan pertanian warga.

Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Rendika Ferri
Kincir air memanfaatkan tenaga dari alam untuk mengangkat air di aliran sungai yang menyusut saat musim kemarau yang dibuat oleh para warga Dusun Gedongan, Desa Bondowoso, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Kamis (3/10/2019). 

"Setiap kemarau selalu bikin kincir, karena air sungai surut. Normalnya memang satu meter ke atas tinggi air. Tetapi kalau kemarau surut, sehingga jadi dibuat kincir air. Kincir air ini untuk pengairan kolam ikan dan irigasi lahan pertanian," kata Damiri, saat tengah membuat kincir di daerah aliran Sungai Gending di Dusun Gedongan, Desa Bondowoso, Mertoyudan.

Damiri mengatakan, kincir air ini sudah ada sejak jaman dulu kala.

Jaman nenek moyang, jauh sebelum dia lahir, kincir air ini sudah banyak dibikin.

Bahannya dari bambu.

Ukuran kincir dari yang kecil 1,5 meter dan ukuran diameter 3-4 meter.

Untuk menghubungkan air, pipa dari bambu juga dibuat, untuk mengaliri kolam perikanan dan pertanian.

Air yang mengair dari Sungai Gending sendiri berasal dari mata air Mrisen yang ada di hulu.

Kincir-kincir air ini tampak terlihat di sepanjang aliran sungai tersebut.

Dari hulu, sampai hilir sungai. Jumlahnya pun cukup banyak.

Di dusun Gedongan saja, ada sekitar sembilan sampai 10 kincir air yang dibuat oleh warga.

Satu kincir besar dapat mengairi lahan pertanian yang luas sekitar 500 meter sampai 1 hektar. Tenaganya pun 24 jam, non stop.

"Bahannya bambu. Ukuran diameter kincir dari 3-4 meter. Yang kecil 1,5 meter. Untuk menjangkau tempat yang jauh, air disalurkan dengan peralon bambu. Ada banyak kalau musim kemarau, di Gedongan saja, ada sembilan kincir air. Kincir air ini adanya hanya musim kemarau saja, tetapi kalau tidak ada banjir besar pada musim hujan, setahun kincir ini bisa bertahan," tutur Damiri.

Paska Kericuhan di Kota Magelang, Tersangka Dewasa Bertambah, Tersangka Anak Tak Ditahan

Purwoto (60), petani, salah seorang warga Dusun Ponco, Desa Bondowoso, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, mengatakan, adanya kincir ini memudahkan warga untuk mengangkat air saat musim kemarau.

Saat musim kemarau tiba, air yang menyusut dapat dialirkan dengan kincir air, ke kolam perikanan, dan lahan pertanian warga.

"Perawatannya cukup mudah, cukup dengan membersihkan sampah yang menyumbat. Setiap hari mengecek. Cara kerjanya dengan kincir memutar, air yang tertahan dengan galar bambu memutar kincir sementara wadah bambu untuk mengangkat air," ujarnya.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved