Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan, Produksi Lebah Madu Menurun Drastis

Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan, Produksi Lebah Madu Liar Dipastikan Menurun Drastis

Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Hari Susmayanti
Istimewa
Seminar Nasional Perlebahan “Mengoptimalkan Peran Lebah Tropik dan Produknya untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Kesehatan Masyarakat” yang digelar dalam rangka Lustrum X Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada di Auditorium drh. R. Soepardjo Fapet UGM. Ist 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Lebah madu tidak hanya dikenal sebagai bahan pangan tetapi juga dapat membantu pengobatan penyakit manusia.

Kandungan venom (racun sengat lebah) dan propolis telah diteliti kegunaannya untuk terapi HIV/Aids dan tuberkulosis (TB) serta untuk terapi malaria.

Namun demikian, produksi madu di Tanah Air mengalami penurunan akibat musnahnya lebah madu di hutan-hutan Sumatera dan Kalimantan akibat kebakaran hutan dan lahan.

Hal itu terungkap dalam Seminar Nasional Perlebahan “Mengoptimalkan Peran Lebah Tropik dan Produknya untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Kesehatan Masyarakat” yang digelar dalam rangka Lustrum X Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada di Auditorium drh. R. Soepardjo Fapet UGM.

Acara ini juga merupakan hasil kerja sama Fapet UGM dengan Asosiasi Perlebahan Indonesia (API) mengahadirkan pembicara diantaranya Dekan Fapet UGM Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA, DEA, IPU,  Wakil Ketua Umum Asosiasi Perlebahan Indonesia (API) Dr. dr.James Hutagalung, M.Kes, Dr. Mahani, SP. M.Si, pakar perlebahan dari Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad), Agus Salim, S.Pt, M.Sc peneliti dari Fakultas Peternakan UGM, dan Dr. Ir. Soesilowati Hadisoesilo, MSc, pakar perlebahan dari Fakultas Kehutanan UGM.

BreadTalk Berikan Promo di BreadTalk Festival, Black Forest Hanya Rp 16 Ribu

Dekan Fapet UGM Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA, DEA, IPU menyatakan produk lebah tidak hanya madu dan bee pollen, tapi juga propolis yang mengandung banyak zat aktif yang berpeluang menggantikan antibiotik dan memperkuat daya tahan tubuh.

"Produk samping seperti wax (lilin), bahkan venom (racun sengat lebah) juga sangat bernilai untuk terapi medis dan kecantikan," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Jumat (27/9/2019)

Pernyataan itu didukung oleh Wakil Ketua Umum Asosiasi Perlebahan Indonesia (API) Dr. James Hutagalung, M.Kes, yang juga pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) yang menyatakan telah menggunakan venom lebah dan propolis untuk terapi pada klinik Apiterapi Unair dan beberapa klinik yang bekerjasama dengan API.

Di Unair, kata James, venom dan propolis telah diteliti kegunaannya untuk terapi HIV/Aids dan tuberkulosis (TB).

“Kami juga telah meneliti dan sudah mempresentasikan pada forum internasional penggunaan propolis untuk terapi malaria. Propolis juga berpotensi untuk pengobatan demam berdarah dengue,” tuturnya.

Deklarasi Yogyakarta Sustainable Tourism, Targetkan DIY jadi Destinasi Wisata Terkemuka di Asia

 Ir. Masyhud, Sekretaris Jenderal Asosiasi Perlebahan Indonesia mengungkapkan pula keprihatinannya, tentang musnahnya lebah madu di hutan-hutan Sumatera dan Kalimantan beberapa waktu ini karena kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Ia menjelaskan produksi madu di tanah air sebagian masih diperoleh dari lebah madu liar dipastikan menurun drastis.

“Produksi madu nasional kita baru 10.000 ton, jauh tertinggal dibanding China yang mencapai 200 ribu ton,” tutur dia.

Dr. Ir. Soesilowati Hadisoesilo, MSc, pakar perlebahan dari Fakultas Kehutanan UGM menjelaskan, pemanfaatan lebah terutama lebah liar harus mengindahkan keseimbangan dengan upaya konservasinya.

Sebab budidaya lebah merupakan salah satu jalan keluar untuk meningkatkan produksi madu dan produk perlebahan di Indonesia.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved