Greta Thunberg, Remaja 16 Tahun yang Memarahi Para Pemimpin Dunia di Markas PBB

Greta Thunberg ini diundang oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk hadir dalam konferensi bersama sejumlah remaja lainnya

Editor: Mona Kriesdinar
AFP / SPENCER PLATT
Aktivis lingkungan Greta Thunberg (16), asal Swedia, berbicara dalam KTT Perubahan Iklim di Markas PBB, New York, Senin (23/9/2019). 

Kisah Greta Thunberg, Remaja 16 Tahun yang Memarahi Para Pemimpin Dunia di Markas PBB

Seorang gadis remaja berusia 16 tahun memperoleh kesempatan berbicara di markas PBB pada Senin (23/9/2019). Greta Thunberg, nama gadis itu.

Ia memang bukan remaja biasa. Di usianya yang masih belia, Greta juga merupakan seorang aktivis lingkungan.

Pada saat pidato dalam KTT tentang perubahan iklim, Greta berbicara dengan penuh emosional. Bahkan ia berani memarahi para peserta konferensi yang terdiri atas 60 pemimpin negara.

Greta Thunberg ini diundang oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk hadir dalam konferensi bersama sejumlah remaja lainnya guna mewakili para generasi muda.

Dalam pidatonya, Thunberg menuding para pemimpin dunia telah mengkhianati generasi muda karena gagal mengatasi masalah emisi gas rumah kaca, yang turut memicu terjadinya pemanasan global.

"Saya seharusnya tidak berada di atas sini. Saya seharusnya kembali ke sekolah di seberang lautan,"kata Thunberg, yang telah menjadi wajah global untuk gerakan generasi muda melawan perubahan iklim.

"Kalian datang kepada kami anak-anak muda demi harapan. Beraninya kalian?" katanya dengan nada meninggi dan suaranya terkadang pecah karena emosi.

"Kami berada di awal kepunahan massal, dan yang bisa Anda bicarakan hanya uang dan dongeng pertumbuhan ekonomi abadi. Beraninya kalian!" lanjutnya.

Ia pun mendesak kepada para pemimpin dunia yang hadir dalam pertemuan itu untuk segera mengambil tindakan mengatasi perubahan iklim.

"Kami akan terus mengawasi kalian," kata Thunberg, dikutip BBC.

Severn Suzuki, Bocah yang Membungkam Dunia Lewat 5 Menit Pidatonya

Aksi serupa sebenarnya pernah terjadi sebelumnya. Tepatnya pada saat berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi PBB tentang Lingkungan di Rio de Janeiro pada 3 hingga 14 Juni 1992

Saat itu Severn Suzuki yang masih berusia 12 tahun, berpidato di depan para delegasi yang hadir.

Pidato itu memukau bahkan membuat semua yang hadir terperangah. Hingga bocah itu kemudian dijuluki 'The Girl Who Silenced the World for 5 Minutes' alias Bocah yang membungkam dunia selama lima menit.

Siapakah dia sebenarnya dan apa yang ia sampaikan?

Namanya Severn Suzuki.

Severn Suzuki, The Girl Who Silenced The World in 5 Minutes
Severn Suzuki, The Girl Who Silenced The World in 5 Minutes (YouTube)

"Halo, saya Severn Suzuki berbicara untuk E.C.O. - Organisasi Anak Lingkungan.

Kami adalah kelompok yang terdiri dari anak-anak berusia dua belas dan tiga belas tahun dari Kanada yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morgan Geisler, Michelle Quigg dan saya. Kami mengumpulkan uang kami sendiri untuk datang dari tempat yang jauh, sejauh enam ribu mil untuk memberi tahu Anda, orang-orang dewasa bahwa Anda harus mengubah cara Anda. Datang ke sini hari ini, saya tidak punya agenda tersembunyi. Saya berjuang untuk masa depan saya.

Kehilangan masa depan saya tidak seperti kalah dalam pemilihan umum atau kalah beberapa poin di pasar saham. Saya di sini untuk berbicara untuk semua generasi yang akan datang.

Saya di sini untuk berbicara atas nama anak-anak yang kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak pernah terdengar.

Saya di sini untuk berbicara untuk binatang yang tak terhitung jumlahnya yang mati di planet ini karena mereka tidak punya tempat lain untuk pergi. Kita tidak bisa tidak didengar.

Saya takut keluar di bawah sinar matahari sekarang karena lubang di ozon. Saya takut menghirup udara karena saya tidak tahu bahan kimia apa yang ada di dalamnya." demikian pidato pembuka Severn Suzuki.

Ketika Severn berusia 12 tahun, ia mengumpulkan uang dari anggota Enviromental Children's Organization untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi PBB tentang Lingkungan di Rio de Janeiro pada 3 hingga 14 Juni 1992. Ia datang bersama anggota lainnya di antaranya; Michelle Quigg, Vanessa Suttie, dan Morgan Geisler.

Severn Suzuki menyajikan isu-isu lingkungan dalam pandangan generasi muda di Konferensi Tingkat Tinggi.

Pidato yang disampaikannya di Konferensi Tingkat Tinggi tersebut memperoleh apreasiasi meriah dari delegasi beberapa negara yang hadir dalam konferensi tersebut.

Pidato yang disampaikan oleh Severn Cullis Suzuki telah menjadi pukulan keras sebagai peringatan terhadap para delegasi yang hadir dalam konferensi tersebut untuk bertindak melakukan aksi penyelamatan Bumi.

Pidato Severn Suzuki yang diunggah di situs jejaring sosial Youtube dan menjadi dikenal dunia dengan "The Girl Who Silenced the World for 5 Minutes".

Berikut ini videonya :

KTT Perubahan Iklim

Adapun KTT Perubahan Iklim pada Senin (23/9/2019) itu digelar Sekjen PBB untuk menghidupkan kembali Perjanjian Paris, yang ditanggapi 66 negara dan berjanji untuk mencapai netralitas karbon pada 2050.

"Keadaan darurat iklim adalah perlombaan di mana kita sedang kalah, tapi ini adalah perlombaan yang bisa kita menangkan," kata Antonio Guterres saat membuka pertemuan.

Menanggapi pidato Thunberg, dan pembicara muda lain dalam KTT tersebut, Presiden Perancis Emmanuel Macron menyebut bahwa para pejabat dan pemimpin dunia tidak bisa lagi mengabaikan perubahan iklim.

"Tidak ada pejabat yang dapat mengabaikan permintaan atas keadilan antargenerasi ini," kata Macron.

"Kita membutuhkan kaum muda ini untuk membantu kita mengubah banyak hal.. dan memberi lebih banyak tekanan terhadap mereka yang masih belum mau bertindak," tambahnya.

Dalam pidatonya, Macron juga menyampaikan apresiasinya kepada Rusia, yang telah menguatkan Perjanjian Paris, serta mendesak kepada negara-negara Eropa untuk berbuat lebih banyak, termasuk mengingatkan kembali akan janji menutup pembangkit listrik tenaga batu bara pada 2022.

Beberapa hari sebelum digelarnya KTT Perubahan Iklim di New York, jutaan orang di berbagai negara di dunia, dengan sebagian besar adalah kaum muda, telah turun ke jalan dalam aksi unjuk rasa memprotes perubahan iklim.

Para pakar dan ilmuwan juga mengingatkan bahwa tanda-tanda pemanasan global telah muncul semakin cepat.

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyampaikan, jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer antara tahun 2015 dan 2019 telah mengalami peningkatan hingga 20 persen jika dibandingkan lima tahun sebelumnya.

"Kita harus mendengarkan seruan dari anak-anak ini," kata Profesor Brian Hoskins, ketua Grantham Institute, Imperial College London, dan profesor meteorologi di University of Reading.

"Ada keadaan darurat, yang membutuhkan tindakan segera, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca kita menuju nol serta beradaptasi dengan perubahan iklim yang tak terhindarkan," ujarnya, dikutip BBC. (*/kompas)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved