Agenda Jogja Hari Ini
FK-KMK UGM Akan Selenggarakan Konser Amal untuk Bangun Sekolah Disabilitas
Konser tersebut akan menghadirkan tiga bintang tamu menarik, yakni Raisa, Katon Bagaskara, dan Lilo-Kla Project.
Penulis: Siti Umaiyah | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Sampai dengan saat ini, disabilitas masih dipandang sebagai kelompok yang tidak berdaya dan tidak dianggap tidak produktif.
Dari data statistik tahun 2018, untuk daerah Kebumen sendiri memiliki 12 ribu penyandang disabilitas.
Dari data tersebut, banyak kebutuhan dasar dan hak pada disabilitas yang belum terpenuhi.
Melihat hal tersebut, sebagai bentuk dari kepedulian Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menggandeng Ascendia Project akan menggalang dana dalam bentuk konser amal untuk membantu pembangunan kota difabel yang ada di Kebumen.
• Uniknya Sego Penggel Khas Kebumen di Watoe Gajah
Agung Widianto, Ketua Panitia menjelaskan, nantinya konser tersebut akan diadakan pada Sabtu, 21 September 2019 pukul 18.30 di the Rich Jogja Hotel dan akan menghadirkan tiga bintang tamu menarik, yakni Raisa, Katon Bagaskara, dan Lilo-Kla Project.
Selain itu, nantinya FK-KMK juga akan menggelar kegiatan Alumni Berbagi dengan menghadirkan beberapa narasumber, diantaranya Pratikno, Hasto Wardoyo, Mayjen TNI Dr dr Terawan Agus Putranto dan sebagainya.
"Diharapkan keuntungan semua masuk ke Kebumen, sampai sekarang tiket hampir terjual habis, semoga bisa membangun sekolah yang baru. Target yang akan kita sumbangkan sekitar 200 juta dan Alhamdulillah sudah terpenuhi dan tiket sudah terjual 75%," ungkapnya.
Agung menjelaskan, jika nantinya dana yang terkumpul akan digunakan untuk membangun One Stop Learning School untuk para penyandang disabilitas agar dapat mengakses pendidikan dengan lebih baik.
• Wabup Sleman Akui Pelayanan Kesehatan Bagi Penyandang Disabilitas Belum Maksimal
Nantinya, pemberdayaan tersebut juga akan diperluas sampai ke Yogyakarta maupun wilayah Jawa Tengah lainnya.
Faiz Alauddien Reza Mahardika, CEO Ascendia Project menjelaskan sampai dengan saat ini masih banyak stigma yang memandang penyandang disabilitas sebagai kelompok yang tidak berdaya, tidak bisa bekerja merepotkan dan tidak produktif.
Menurutnya, stigma tersebut masih melekat kuat di masyarakat.
"Kalau dari kita memang fokus ke disabilitas agar bisa mendapatkan support. Untuk Kebumen sendiri di tahun 2019 jadi nomor 1 termiskin di Jawa tengah. Walaupun kalau kita ke kotanya seperti kota sekali, tapi kalau ke desa, ketimpangan itu nampak sekali. Kebanyakan kalau di Kebumen disabilitas memang dari keluarga yang kurang mampu," terangnya.
• Pemkab Gunungkidul Mulai Libatkan Penyandang Disabilitas dalam Pembangunan
Reza menerangkan, untuk di Kebumen sendiri kebanyakan merupakan disabilitas intelektual, dan hanya sebagian yang bisa sekolah.
Untuk Sekolah Luar Biasa (SLB) sendiri juga hanya berjumlah lima sekolah.
Menurutnya, untuk fasilitas dan kebutuhan yang ada sendiri saat ini masih dirasa kurang memenuhi, seperti hanya untuk Sumber Daya Manusia (SDM) Guru Pendamping yang juga minim.
"Kita berupaya membimbing dan mengasah keterampilan para penyandang disabilitas agar bisa mandiri dan berdaya. Seperti bimbingan pada penyandang tuna rungu, tuba netra, tuna daksa, dan tuna grahita, sehingga nantinya bisa berkerja secara layak dan tetap mendapatkan pendampingan," terangnya. (*)