Agenda Jogja Hari Ini
Pekan Seni Grafis Yogyakarta 2019 Bakal Digelar di Museum Sonobudoyo
Selain pameran seni grafis, PSGY 2019 akan diisi dengan kegiatan workshop, lomba, program residensi dan seminar.
Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYAKARTA - Pekan Seni Grafis Yogyakarta (PSGY) sebagai program yang diinisiasi Studio Grafis Minggiran bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan DIY akan digelar di Museum Sonobudoyo Yogyakarta pada 14-17 September 2019.
Selain pameran seni grafis, PSGY 2019 akan diisi dengan kegiatan workshop, lomba, program residensi dan seminar.
Gelaran PSGY tahun ini akan fokus memamerkan karya-karya seni grafis dengan teknik relief print, sebutan untuk teknik cetak dalam seni grafis termasuk di dalamnya teknik cukil kayu.
Teknik cukil kayu ini adalah teknik dimana bagian matriks (plat atau papan) yang akan mencetak warna adalah pada permukaan aslinya ; bagian yang tak berwarna adalah bagian yang dicukil.
• Palette X Wardah: Tutorial Make Up ke Kondangan yang Antiribet
“Implementasi teknik ini pada kehidupan sehari-hari dapat kita temui pada sistem stempel atau cap. Jenis material papan dan teknis ketika mencukil akan menentukan hasil cetaknya,” kata Kurator PSGY 2019, Bambang Witjaksono saat sesi jumpa pers dihadapan para awak media di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta, pada Kamis (12/9/2019).
Selain karakter dan ciri khasnya yang kuat, faktor historis relief print juga menjadi dasar mengapa teknik ini banyak dieksplor dalam PSGY tahun ini.
Karena sebagai teknik yang paling awal digunakan pada dunia seni grafis, relief print punya sejarah bagi bangsa Indonesia.
Sejarah ini terbentuk karena karya cukilan linoleum karya Baharudin Marasutan dan Mochtar Apin.
Karya kedua seniman era masa kemerdekaan RI tersebut selain menjadi sebuah karya seni juga berfungsi sebagai alat diplomasi negara Indonesia saat peringatan ulang tahun kemerdekaan RI ke 1 pada tahun 1946.
• Seniman Patung Yusman Berencana Bangun Museum Patung di Watu Lumbung Bantul
Yaitu, sebagai sarana ucapan “terima kasih” kepada negara-negara yang telah mengakui kemerdekaan Indonesia setelah momen Proklamasi tahun 1945.
“Dengan adanya sekumpulan karya linoleograps dari Baharudin Marasutan dan Mochtar Apin ini maka kita tidak saja dapat menyaksikan bukti sejarah adanya artefak sarana ucapan terima kasih. Lewat momen PSGY kali ini kita juga dapat mengamati dan mempelajari secara teknik, material dan makna dari masing-masing gambar yang ada,” kata Bambang.
Dari informasi yang dihimpun Tribunjogja.com, beberapa karya yang akan dipamerkan adalah karya linoleographs Baharudin dan Apin tahun 1946 tersebut.
Karya ini telah diterbitkan oleh Perkumpulan Seniman Merdeka Indonesia “Gelanggang” dibantu oleh Penerbit Pustaka Rakjat, Jakarta tahun 1951 yang bertajuk “Pantjangan Pertama”. Karya ini sekaligus jadi saksi sejarah perkembangan seni grafis tanah air.
Selain karya Baharudin dan Apin tersebut, akan dipamerkan kumpulan karya-karya seniman lain dengan teknik relief print dari berbagai generasi hingga karya baru yang dibuat tahun 2019.
