Tantangan Industri Jadah Tempe di Kaliurang, dari Tempat Penjualan Hingga Kunjungan Wisatawan Turun

Penganan Jadah Tempe seakan sudah jadi satu-kesatuan dengan nyawa di kawasan Wisata Kaliurang

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Alexander Ermando
Seorang pedagang Jadah Tempe di kawasan Wisata Tlogo Putri Kaliurang, Pakem, Sleman, Rabu (11/9/2019) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Alexander Ermando

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Jadah Tempe seakan sudah jadi satu-kesatuan dengan nyawa Wisata Kaliurang.

Wisatawan manapun yang berkunjung ke sana, pasti mencari penganan yang terbuat dari beras ketan dan tempe bacem tersebut.

Warung-warung Jadah Tempe pun berjejer, seperti di Kawasan Tlogo Putri Kaliurang.

Kehadiran para penjual tersebut seakan menegaskan bahwa Jadah Tempe sudah menjadi trademark Kaliurang, dan tidak bisa ditemukan di daerah lain.

Meski sudah sangat legendaris dan paten, sejumlah permasalahan rupanya masih terselip di dunia bisnis Jadah Tempe.

Ketua Sentra Industri Jadah Tempe Kaliurang, Bejo Wirjanto, mengatakan ada 3 permasalahan pelik yang masih mendera para pelaku usaha.

"Pertama masalah ketiadaan tempat tetap, kedua pemasaran terbatas, ketiga jaringan masih sedikit," kata Bejo.

Cucu dari pemilik usaha Jadah Tempe legendaris Mbah Carok pun meyakini, dengan terbentuknya Sentra Industri, masalah-masalah tersebut bisa tertangani dengan mudah.

Sebab para pengusaha Jadah Tempe terpusat dalam satu perkumpulan. Sehingga akses informasi hingga jaringan bisa meluas secara cepat. Tercatat ada 67 pengusaha yang tergabung dalam Sentra Industri tersebut.

"Ke depan kami akan fokus pada pelatihan, pembinaan, serta pembentukan jaminan mutu produk Jadah Tempe," kata Bejo.

Terkait pasokan bahan baku, Bejo mengatakan hingga saat ini belum ada kendala. Sebab antara pemasok dan penjual Jadah Tempe sudah saling bersinergi.

Bahan baku utama bagi para pengusaha Jadah Tempe antara lain kedelai untuk membuat tahu-tempe bacem, beras ketan, kelapa, hingga gula merah.

"Bahan baku sudah ada kesepakatan harga dan selalu tersedia, sehingga pelaku usaha tidak khawatir lagi masalah bahan baku," ujar Bejo.

Hal serupa juga disampaikan oleh Tri, saudara dari Bude Lusi yang memiliki usaha Jadah Tempe di Tlogo Putri.

Bahan baku bukanlah masalah, melainkan tempat yang belum permanen.

Selain masalah tempat, Tri juga mengeluhkan jumlah wisatawan yang mengalami penurunan sejak Erupsi Merapi 2010. Keramaian pun hanya terlihat saat akhir pekan.

"Ya saya berharap kehadiran Sentra Industri membantu pengembangan Jadah Tempe ke arah yang lebih baik, sekaligus membantu meningkatkan penghasilan penjual," kata Tri. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved