Jawa
Minimnya Rumah Sakit, Jadi Hambatan Pengembangan Destinasi Wisata Super Prioritas Borobudur
Padahal fasilitas kesehatan seperti rumah sakit ini sangat diperlukan bagi pelayanan wisata dan untuk standar wisata kelas internasional.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Agus mengatakan standar-standar wisata akan diadopsi untuk menyetarakan diri menjadi pemain global.
Dari target wisatawan sebanyak 2juta untuk tahun 2020 mendatang, wisatawan mancanegara masih sebagai sasaran utama.
Bagaimana menarik mereka datang dan memberikan devisa.
Soal anggaran, tiap tahun dinaikkan. Tahun 2018 lalu, anggaran hanya Rp 13 Miliar.
Tahun 2019, 25 Miliar.
Tahun 2020 mendatang, dinaikkan sampai Rp 175 Miliar.
“Kemarin, anggaran kita masih belum maksimal. Mungkin karena dulu Borobudur belum dianggap prioritas. Begitu jadi prioritas, anggaran kita tahun depan Rp 175 miliar. Anggaran itu untuk pengembangan Borobudur secara otoritatif dan koordinatif. Terbesar adalah bagaimana menarik penerbangan asing supaya datang ke bandara baru di Jogja, NYIA,” ujarnya.
• Boulevard Diusulkan Dibangun di Jalan Masuk Candi Borobudur
Sementara itu untuk dana tambahan sebesar Rp 2,1 triliun untuk kelima destinasi prioritas adalah untuk menembangkan bagaimana aksisbilitas diperlancar, amenitas sesuai persyaratan internasional dan pengembangan lainnya.
Seperti di Borobudur, Rp 1,5 Triliun, ada porsi untuk menambah jalan demi memperlancara akses dari NYIA menuju Borobudur.
Lalu, kerjasama promosi dengan maskapai-maskapai asing dalam bentuk branding.
“Anggaran Rp 1,5 triliun untuk Borobudur ini untuk menambah jalannya, memperlancar dari NYIA menuju borobudur, termasuk infrastruktur. Tidak hanya itu, juga kendaraan alat angkut dari Kementerian Perhubungan. Selain itu promosi dengan kerjasama dengan maskapai asing. Mereka diberikan insentif dalam bentuk branding sesuai persyaratan membawa tamu luar negeri. Karena kita bicaranya tamu asing, tamu yang akan membawa banyak devisa,” tutur Agus.(TRIBUNJOGJA.COM)