Meriahnya Tradisi Jembulan Desa Pakah Ngawi, Tradisi Adat Bertabur Hadiah Baju Hingga Tanah Uruk
Hari itu terasa spesial bagi mereka, sebab saat inilah ritual Merti Desa yang biasa disebut Jembulan dilakukan.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Muhammad Fatoni
Sesekali ada yang datang membawa tambahan makanan dan minuman untuk dinikmati bersama-sama.
"Semuanya kami siapkan bersama-sama. Ada yang menyumbangkan nasi, lauk-pauk, jajanan, dan sebagainya," tutur pria yang berusia lebih dari setengah abad itu.
Hampir seluruh warga Desa Pakah dan sekitarnya memiliki mata pencaharian sebagai petani.
Maka tak heran, jika mereka dengan mudah menyumbangkan hasil bumi yang dimiliki untuk Jembulan.
Latar belakang hidup yang serupa membuat hubungan warganya sangat erat. Mereka rela bergotong-royong dan saling membantu untuk kepentingan bersama.
"Meski zaman sudah banyak berubah, tapi kebiasaan gotong-royong kami masih belum berubah sama sekali," kata Ketua RW 05 Desa Bangsri, Amir, di mana desanya juga bersebelahan dengan Pakah dan ikut meramaikan Jembulan.
Setelah semuanya siap, seluruh isi Jembulan mulai ditempatkan.
Berbagai jajanan yang dihias dengan rotan ditancapkan pada batang pisang.
Baskom, panci, wajan, hingga pakaian tergantung di bagian lingkaran rotan yang ditempatkan dekat puncak batang pisang.
Sedangkan bagian paling puncak disiapkan hadiah paling menarik, bahkan terbilang unik.
"Jembulan dari kami memberikan hadiah utama berupa satu truk penuh tanah uruk," ungkap Amir.
Tampilan Jembulan yang berwarna-warni dengan aneka benda serta hadiah membuatnya menarik untuk dilihat.
Tak hanya dari Desa Bangsri, pedukuhan lainnya pun menyajikan Jembulan dengan warna-warna cerah berbeda.
Maka tak heran, saat dikumpulkan jadi satu tempat, belasan Jembulan jadi pemandangan yang menarik bagi mata.
Bersama-sama warga menggotong Jembulannya masing-masing ke depan rumah Plt Lurah Pakah. Setiap tahunnya, pelaksanaan tradisi mengambil tempat berbeda.