Advertorial
Dana Desa untuk Ciptakan Entrepreneur Baru
Dana desa yang dikucurkan pemerintah pusat langsung ke desa dan diawasi oleh Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal.
Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribunjogja Wisang Seto Pangaribowo
TRIBUNJOGJA.COM,GUNUNGKIDUL - Dana desa yang dikucurkan pemerintah pusat langsung ke desa dan diawasi oleh Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal.
Satu diantaranya di Desa Baleharjo yang difokuskan untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) di Desa baleharjo, satu diantaranya dengan cara menumbuhkan pengusaha-pengusaha baru.
Kepala Desa Baleharjo, Agus Setiawan mengatakan, setelah mendapatkan pelatihan dari praktisi pebisnis online ia akan mengadakan rutin pelatihan serupa di desanya dengan memanfaatkan dana desa.
"Kalau pelatihan satu hari saya rasa kurang, melihat antusiasme warga Baleharjo pelatihan seperti ini harus dilakukan secara bertahap," ujarnya, Jumat (9/8/2019).
• JCW : Pengawasan Dana Desa Perlu Ditingkatkan
"Kalau pelatihan satu hari ya minimal harus ada yang jadi enterpreneur satu, makanya saya akan melanjutkan program seperti ini dengan dana desa," katanya.
Ia akan memberikan pelatihan berikutnya karena saat diberikan pelatihan pertama kali banyak masyarakat yang masih kebingungan.
Agus mengatakan pelatihan berikutnya akan dilakukan dengan praktik langsung dengan membawa produk yang akan dijual oleh masing-masing peserta pelatihan.
"Jadi diantara mereka ada yang berhasil, paling tidak pelatihan minimal satu hari penuh dan persiapan warga juga masih kurang karena belum membawa laptop atau produk yang dijual," ungkapnya.
Rencana kedepan Agus ingin membuat makanan khas Gunungkidul dengan memanfaatkan buah labu.
• Kemendes Tengah Siapkan Peraturan Prioritas Penggunaan Dana Desa 2020
"Saya melihat Gunungkidul belum ada yang menciptakan makanan khas makanya saya ingin menciptakan makanan khas bersma warga saya," kata Agus.
Ia mencontohkan seperti ketika masyarakat datang ke Wonosobo pasti pengunjung akan membeli oleh-oleh carica.
Melihat itu dirinya akan menugaskan ibu-ibu PKK untuk membuat perlombaan membuat makanan khas dari labu.
"Tapi makananya bukan berupa sayur, makanan nanti akan menjadi khas Gunungkidul," imbuhnya.
Satu diantara peserta pelatihan Puji Suatmi, ia sangat terbantu dengan pelatihan ini karena ia merasa kesulitan menggunakan gawai untuk memasarkan produknya.
"Senang sekali saya mendpaatkan pelatihan karena saya juga gaptek. Produk saya berupa kerajinan seperti brose, manik-manik, gantungan kunci, tas," ucapnya.
Ia mengaku saat ini produknya masih kurang untuk mampu bersaing jika dijual di pasar online saat ini karena menurutnya kualitas masih kurang.
• Besaran Dana Desa di Gunungkidul Naik
"Saat ini produk saya dari segi kualitas juga masih kurang, dengan mendpaatkan pelatihan ini kedepan saya akan meningkatkan kualitas produk agar bisa bersaing di pasar online," katanya.
Ia menambahkaan selain kualitas stok barang juga harus terus ada sehingga konsumen tidak kecewa saat tertarik dengan produknya.
"Kalau ada yang minat terus barang habis malah mengecewakan selain meningkatkan kualitas kedepan juga akan meningkatkan stok produk saya," ujarnya.
Selama ini dirinya memasarkan produk kerajinan memalui pameran, lalu promosi mulut kemulut, dan juga arisan PKK.(TRIBUNJOGJA.COM)